Studi ini menganalisis sampel jaringan penciuman yang dikumpulkan dari 24 biopsi, termasuk sembilan pasien yang menderita kehilangan bau jangka panjang setelah COVID-19.
Pendekatan ini memiliki hasil bahwa jumlah neuron sensorik penciuman berkurang, mungkin akibat kerusakan jaringan halus akibat peradangan yang sedang berlangsung. Proses peradangan ini tetap ada meskipun tidak ada virus SARS-CoV-2 yang terdeteksi.
Baca Juga:
Isu Bupati Dairi Terpapar Covid, Direktur RSUD Sidikalang: Dua Kali Swab Hasil Negatif
Goldenstain menyebutkan sebenarnya temuan ini cukup mengejutkan para ilmuwan.
"Kami berharap bahwa memodulasi respons imun abnormal atau proses perbaikan di dalam hidung pasien ini dapat membantu setidaknya mengembalikan sebagian indera penciuman," ujarnya.
Ia menambahkan, temuan dari penelitian ini juga dapat menjadi acuan informasi untuk penelitian lanjutan tentang gejala Long COVID lainnya yang mungkin mengalami proses peradangan serupa. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.