WahanaNews.co | Seorang Ahli Kesehatan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa penularan penyakit rabies kepada manusia dapat terjadi baik melalui gigitan maupun secara non-gigitan, salah satunya melalui luka terbuka.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCTM (TP) menjelaskan ketika anjing, kucing atau kera yang terjangkit virus rabies menggigit manusia, air liur yang mengandung virus akan masuk ke tubuh manusia melalui gigitan.
Baca Juga:
Para Ibu Hamil Disarankan Vaksinasi Tetanus untuk Melindungi Bayi yang Baru Lahir
Sementara penularan non-gigitan, kata Novie, bisa melalui jilatan pada kulit yang terbuka.
"Jadi, kalau kita dijilat oleh anjing yang sakit rabies, apalagi kalau kita ada luka, itu bisa masuk virus rabies," ungkap Novie, Sabtu (17/6/2023).
Penyakit rabies memiliki masa inkubasi atau selang waktu yang berlangsung antara pajanan terhadap patogen hingga gejala-gejala pertama kali muncul, sekitar dua minggu hingga dua tahun.
Baca Juga:
IDAI Rilis 5 Tanda Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual, Orangtua Wajib Tahu!
Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, perjalanan penyakit rabies pada tubuh manusia membutuhkan waktu rata-rata 90 hari.
Laporan kesehatan di Amerika Serikat, kata Novie, penyakit rabies juga bisa menular melalui transplantasi organ. Akibat hal tersebut,Novie melanjutkan, para penerima organ itu pun akhirnya meninggal.
Karena itu, dia meminta masyarakat untuk selalu mewaspadai penularan penyakit rabies mengacu pada masa inkubasi virus tersebut pada tubuh manusia.