Saat talkshow, Rosa Vivien menjelaskan Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Untuk itu, Indonesia secara konsisten berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan ketahanan iklim.
Komitmen ini dibuktikan dengan menyerahkan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) kepada UNFCCC pada 23 September 2022.
Baca Juga:
RDF Plant Jakarta Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan dan Berpotensi Hasilkan PAD yang Cukup Besar
Pada dokumen itu, Indonesia berkomitmen meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca dari 29% menjadi 31,89% (CM1); dan dari 41% menjadi 43,2% (CM2) pada 2030, dibandingkan dengan kondisi business as usual.
Dalam dokumen tersebut juga dijabarkan target penurunan emisi GRK sektor limbah sebesar 40 Mton CO2eq (CM1) dan 43,5 Mton CO2eq (CM2) pada 2030.
"Metana bersama karbon dioksida dan dinitrogen oksida merupakan penyumbang utama emisi gas rumah kaca di hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia," jelas Rosa.
Oleh karena itu, Indonesia memberikan pertimbangan khusus terhadap pengurangan gas metana di sub-sektor limbah padat domestik.
Baca Juga:
Tak Ada Lagi Impor Sampah Plastik, Menteri Hanif Siap Awasi dan Tindak Pelanggar
Hal ini tecermin melalui aksi mitigasi, meliputi peralihan dari TPA dengan metode open dumping menjadi sanitary landfill dan implementasi landfill gas recovery di TPA.
Indonesia juga menerapkan kebijakan less waste to landfill dengan implementasi kegiatan pengomposan dan 3R untuk sampah kertas.
Juga menerapkan waste to energy seperti Refuse Derived Fuel (RDF), Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik, dan biogas, serta penerapan ekonomi sirkular.
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.