Plasma ini dapat memberi kekebalan pasif kepada pasien yang
sedang terjangkit Covid-19.
"Dengan adanya antibodi tambahan yang spesifik terhadap
virus SARS-CoV-2 ini, tubuh mendapat amunisi ekstra untuk melawan virus,"
tulis Eijkman di akun Instagram resmi @eijkmaninstitute.
Baca Juga:
Warga Nekad Bakar Kantor dan Fasilitas Pendidikan Perusahaan Kebunan Sawit di Seruyan
Studi tersebut merekrut 11 donor plasma dan 10 pasien yang
terjangkit virus corona. Tim peneliti lalu menjelaskan perubahan berbagai
penanda biologis seperti jumlah virus (virus load), konsentrasi C-Reactive
Protein (CRP) dan jumlah antibodi penetralisir virus SARS-CoV-2 selama 4
minggu.
Eijkman kemudian memaparkan adanya tren penurunan jumlah
virus setelah pasien terjangkit Covid-19 saat diberikan plasma konvalesen.
Di tengah ketidakpastian pengobatan untuk covid-19, TPK
telah muncul sebagai harapan untuk penanganan penyakit ini.
Baca Juga:
BKAM Minta Pihak Eksekutif dan Legislatif Segera Selesaikan Konflik PT. Laot Bangko
Penelitian juga dilakukan untuk mengekplorasi awal hasil TPK
pada covid-19 derajat sedang dan berat di Indonesia, serta mendapatkan
pengalaman dan bahan-bahan untuk mendesain penelitian dengan skala yang lebih
besar, yang dapat diterapkan di negara berkembang dengan ketersediaan sumber
daya yang terbatas.
"Hasil penelitian menunjukkan keamanan dan potensi
efektivitas pengobatan Covid-19," demikian Eijkman.