WahanaNews.co | Musim hujan seringkali menjadi faktor peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya genangan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti, yang merupakan faktor penular utama virus DBD.
dr. Herwanto, Sp.A, MARS, Dosen Tetap Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Untar) mengingatkan masyarakat untuk kembali meningkatkan pencegahan melalui 3M plus yang akan sangat membantu untuk mengurangi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Baca Juga:
Kasus DBD di Jakarta Barat Meningkat, Sudinkes Minta Lakukan 3 Langkah Penting
“Saya ingatkan kembali masyarakat untuk meningkatkan pencegahan melalui sejumlah langkah termasuk 3M plus,” kata dokter spesialis anak RS Mitra Keluarga Kalideres itu kepada WahanaNews.co, Senin (29/4/2024).
Berikut ini pencegahan Demam Berdarah Dengue dapat dilakukan menurut dr. Herwanto:
1. 3M plus seperti menguras dan membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, memanfaatkan kembali barang bekas, dan mencegah gigitan nyamuk
Baca Juga:
Vaksin DBD Sudah Dapat Dilakukan di Indonesia, Ini Syaratnya
2. Menggunakan bubuk abate
3. Menggunakan kawat nyamuk di jendela dan pintu rumah
4. Vaksinasi Demam Berdarah
Sementara Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin belum lama ini menjelaskan ada lima hal yang menjadi fokus dalam menangani penyakit demam berdarah dengue.
Dalam acara International Arbovirus Summit 2024 di Bali, ia menyebutkan perlu strategi untuk mengatasi DBD, termasuk dibutuhkan juga keterbukaan terhadap potensi pendekatan yang perlu diambil untuk mengatasinya.
“Setidaknya, ia menerangkan butuh lima strategi yang perlu dilakukan dalam menangani arbovirus, termasuk DBD. Pertama, edukasi dan pelatihan bagi publik tentang bagaimana menghindari penyakit-penyakit menular,” ujarnya.
"Melalui edukasi dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut," ungkap Menkes Budi.
"Kedua yang juga menjadi kunci, katanya, adalah vektor kontrol. Ketiga adalah pengawasan/surveillance yang kuat. Keempat adalah vaksin, dan yang kelima adalah terapeutik, atau obat apabila ada yang terinfeksi,” sambungnya.
Hingga saat ini, Budi menerangkan bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI sampai dengan minggu ke-14 di bulan April 2024, tercatat kasus DBD di Indonesia mencapai 60.296 kasus dengan kematian 455 kasus.
Angka ini naik lebih dari dua kali lipat dari minggu ke-17 di tahun sebelumnya (2023) yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209 kasus.
[Redaktur: Zahara Sitio]