Menurut Rika Nopita, bidan dari Puskesmas Cisimeut yang bertugas di Desa Kanekes, kematian ibu antara lain terjadi karena keterlambatan deteksi kelainan pada masa kehamilan.
"Ibu hamil dari Suku Badui biasanya tidak rutin cek kandungan, karena pada bulan berikutnya ibu hamil ini pergi ke ladang," jelasnya.
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
"Saat ini kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya pemeriksaan menggunakan USG untuk memeriksa kondisi kandungan ibu hamil di Badui Dalam. Pemeriksaan sebelumnya hanya ada di klinik dan Puskesmas Leuwidamar," ujar dia.
Puskesmas Cisimeut pada Oktober 2022 mendapat bantuan alat USG portabel dari Rumah Sakit Universitas Indonesia dan pada awal 2023 mendapat bantuan alat USG dari Dinas Kesehatan Lebak untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan kehamilan.
"Sekarang sudah ada USG, kami punya jadwal setiap Selasa dan Kamis di puskesmas dan diperiksa oleh dokter spesialis. Ibu hamil yang datang juga banyak untuk USG karena dekat," ujar Rika.
Baca Juga:
Kemenkes: Dampak Pestisida Sistemik pada Anggur Muscat Bisa Bertahan Meski Dicuci
Ia mengatakan bahwa puskesmas juga melaksanakan penyuluhan dan pembagian suplemen nutrisi kepada ibu hamil guna meminimalkan risiko kematian ibu melahirkan.
"Kami juga melaksanakan penyuluhan tanda bahaya kehamilan dan memberikan tablet Fe (zat besi) di posyandu. Ketika ada kelainan saat USG, bidan harus langsung konsultasi ke dokter spesialis," tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.