Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Wulandari, menambahkan bahwa kesepian yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, bahkan penyakit kronis seperti penyakit jantung.
“Ketika seseorang merasa kesepian dalam jangka waktu lama, hormon stres seperti kortisol meningkat, yang dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit kronis,” jelasnya.
Baca Juga:
Daftar Negara Paling Kesepian di Dunia, Adakah Indonesia?
Sementara itu, Dr. Agus Permana, pakar kesehatan mental dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, menyoroti bahwa remaja adalah kelompok yang paling rentan mengalami kesepian. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan mereka akan pengakuan sosial yang tinggi.
“Remaja membutuhkan validasi dari lingkungan sosialnya. Jika mereka merasa diabaikan atau tidak dihargai, kesepian yang mereka rasakan bisa berdampak pada harga diri dan perkembangan psikologis mereka,” ungkapnya.
Mengatasi Kesepian
Baca Juga:
Pendaftaran Bacaleg Masih Sepi, Polisi Tetap Lakukan Pengamanan Kantor KPU Sibolga
Para pakar menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi kesepian, seperti meningkatkan kualitas interaksi sosial, membangun hubungan yang lebih bermakna, serta melibatkan diri dalam aktivitas yang dapat meningkatkan rasa memiliki dalam komunitas.
“Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, menemukan hobi baru, dan berbicara dengan orang yang dipercaya bisa membantu mengurangi perasaan kesepian,” kata Dr. Rina Wulandari.
Kesepian bukan sekadar perasaan sementara, tetapi bisa berdampak panjang pada kesejahteraan seseorang.