Ketua Majelis KesehatanPP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M.Kes, mengatakan kebiasaanmenjadikan SKM sebagai susu anak disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dan ekonomi.
“Dari kunjungan-kunjungan kami ke berbagai daerah, kami mewawancarai orang tua anak dan balita yang mengkonsumsi SKM, memang karena mereka tidak tahu bagaimanaseharusnya produk ini digunakan. Dan yang kedua adalah karena harganya lebih ekonomis, lebih terjangkau bagi keluarga-keluarga dengan penghasilan harian,” jelas Choirunnisa.
Baca Juga:
Pemkab Taput Diseminasi Kasus Untuk Percepatan Penurunan Stunting
Pada kunjungan keluarga di beberapa wilayah di Kab Langkat,Sumatera Utara yang dilakukan medio tahun ini, PP Aisyiyah merangkum sejumlah temuan-temuan di masyarakat.
Seorang ibu dengan balita berusia hampir tiga tahun yang ditemui di Pangkalan Brandan mengaku memberikan putranya kental manis karena lebih kurus dari anak lainnya.
Ia sendiri lupa sejak usia berapa putranya mengkonsumsi SKM. Namun ia memastikan bahwa anaknya tidak mendapat ASI ekslusif lantaranASI nya sedikit. Sehingga sebelumberusia enam bulan,si bayi sudah mengkonsumsi bubur nasi.
Baca Juga:
Khawatir Long Covid, PB IDI Minta PTM Terus Diawasi
Pemilihan SKM sebagai susu yang diberikan kepada anak semata-mata karena mudah diperoleh di warung sekitar tempat tinggal dan tersedia dalam kemasan sachet dan dapat dibeli harian.
Ia sendiri tidak tahu bahwa SKM tinggi kandungan gula serta tidak paham mengkonsumsi gula berlebih tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Lain lagi cerita dari wilayahRumbai, Kota Pekanbaru, Riau. Berdasarkan laporankader kesehatan yang melakukan penyuluhan gizi di kawasanperkebunan tersebut, keluarga-keluarga yang mengkonsumsi kental manis sebagai minuman berawal dari bantuan-bantuan sosial yang diterima masyarakat.