Sementara di Indonesia, untuk tes PCR, Kementerian Kesehatan
mematok harga Rp 500 ribu - 900 ribu. Di lapangan, jika menelusuri melalui
mesin pencari di internet, harganya pada kisaran Rp 550.000-an hingga Rp 2
juta.
"Yang hendak saya sampaikan, kita tak bisa lagi
menutupi informasi begini. Sekarang informasi serba terbuka dan bebas diakses.
Ibarat kata kalau kita memang cantik, mau ditutupin bagaimanapun, pasti
ketahuan dan akan disebut cantik. Begitupun soal harga. Kalau harga terlalu
mahal, pasti akan terbongkar juga dan akan ketahuan," kata Saleh.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
"Makanya sebaiknya soal kebijakan harga alat tes ini,
sebaiknya ditinjau ulang. Toh jika ditinjau ulang dan harga menjadi lebih
murah, akses lebih mudah, penanganan pandemi akan lebih baik. Karena tracing
dan testing akan lebih banyak. Soal harga, idealnya di Rp 80.000- 90.000,"
tambah Saleh, putra asli asal Sumatera Utara tersebut.
Selain harga yang murah, Saleh mendorong agar hasil tes juga
bisa dikeluarkan dengan cepat. Dengan demikian pasien bisa segera ditangani
begitu hasil keluar. Tenaga kesehatan (nakes) juga bisa segera menentukan
treatment atau perawatan pasien jika hasil tes diketahui dengan cepat.
"Kami mendorong harga alat tes ini terjangkau dan hasil
tesnya bisa segera diketahui dengan segera," kata Saleh. [dhn]
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.