WahanaNews.co | Selama ini, masyarakat Indonesia mungkin mengetahui sosok mantan pemain tim nasional (timnas)
voli putri Indonesia, Aprilia Manganang, sebagai seorang perempuan.
Namun, tak
disangka, kini dirinya dipastikan memiliki jenis kelamin laki-laki,
seperti yang diungkapkankan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, dalam konferensi
pers, Selasa (9/3/2021).
Baca Juga:
Mengenal Lebih Dekat Pesta Rakyat Malam Puncak HUT Kota Medan Ke-434 Tahun 2024
Aprilia
Manganang, yang juga menjadi prajurit TNI aktif dengan pangkat Sersan
Dua (Serda), telah menjalani pemeriksaan medis sejak 3 Februari 2021, dan
dinyatakan mengidap kelainan medis yang disebut hipospadia ketika dilahirkan.
Secara
garis besar, hipospadia adalah
kelainan bentuk penis yang muncul sejak lahir.
Pada
penderita hipospadia, pembukaan
uretra --tabung yang mengalirkan urin dari kandung kemih--
berada di sepanjang bagian bawah penis, bukan berada di ujung.
Baca Juga:
Mengenal Sosok Bacalon Bupati Toba dr Suryadi, Bergerak Bidang Kesehatan Hingga Perjalanan Karirnya
Tingkat
penyimpangannya berbeda-beda, tergantung pada posisi lubang uretra.
Bisa
berada di dalam kelenjar atau ujung penis, di batang penis itu sendiri, atau
bahkan di dalam skrotum yang berada
di antara kedua testis.
Kondisi
ini diketahui memengaruhi sekitar satu dari 250 anak laki-laki.
Dari
jumlah tersebut, 70 persen terdiri dari bentuk yang tidak terlalu berbeda, di
mana pembukaan relatif dekat dengan ujung penis, sementara 30 persen
dipengaruhi oleh bentuk yang lebih parah.
Diagnosa
Sebagian
besar kasus didiagnosis saat lahir atau selama masa kanak-kanak, ketika
orangtua atau dokter menemukan penis tidak normal selama pemeriksaan fisik.
Adapun
gejalanya dapat berupa penyemprotan urin yang tidak normal atau harus duduk
untuk buang air kecil.
Selain
itu, panyandang hipospadia mungkin
memiliki fitur lain, seperti penis melengkung ke bawah (chordee) atau kulup yang tidak lengkap.
Dalam
kasus terakhir, kulup tidak ada di bagian bawah penis, sehingga menyerupai tudung di
bagian atas, yang dikenal sebagai kulup berkerudung.
Terkadang,
hipospadia ini dapat dikaitkan dengan
anomali genital lainnya, seperti testis tidak turun dengan benar ke dalam skrotum (kriptorkismus) atau penis lebih pendek dari yang diharapkan untuk
usia seharusnya (mikropenis).
Hal ini
juga bisa menjadi bagian dari spektrum luas gangguan perkembangan seks.
Hipospadia kadang-kadang dapat ditemukan
dalam kaitannya dengan beberapa sindrom, yang mungkin merupakan salah satu dari
banyak malformasi.
Penyebab
Sampai
saat ini, penyebab hipospadia
masih menjadi bahan perdebatan.
Tetapi,
sekitar 10 persen kasus hipospadia terjadi karena faktor genetik dan
lingkungan.
Perubahan
gen yang diperlukan untuk perkembangan normal testis atau penis terbukti
berkontribusi pada hipospadia pada
sekitar 30 persen kasus.
Meski
demikian, perubahan genetik semacam ini tidak menjelaskan semua kasus hipospadia.
Beberapa
zat yang ditemukan di lingkungan sehari-hari, seperti obat hormonal atau bahan
kimia industri, serta pertanian, juga dapat mengubah cara informasi genetik diekspresikan (epigenetik).
Bahan
kimia ini dapat mengganggu regulasi gen yang terkait perkembangan normal penis
dengan menyebabkan gen dinonaktifkan atau dimatikan.
Pengobatan
Sebagian
besar kasus memerlukan intervensi bedah untuk memperbaiki kelengkungan dan
membuat bukaan sedekat mungkin ke ujung penis.
Tujuannya
adalah untuk meningkatkan aktivitas buang air kecil dan seksual.
Dalam
beberapa kasus kecil, pembedahan hanya akan dilakukan untuk bedah kosmetik guna
memperbaiki kulup yang berkerudung.
Semua
pilihan ada di tangan pasien dan orangtuanya.
Sementara
pada hipospadia dengan kondisi yang
parah, pasien harus menjalani operasi sebagai prosedur pengobatan,
sehingga dia dapat buang air kecil dan melakukan fungsi seksual dengan normal.
Pada
kasus yang parah, proses pembedahan yang dilakukan lebih kompleks dan memiliki
tingkat komplikasi yang lebih tinggi, terutama dalam hal fungsi saluran kemih. [qnt]