WAHANANEWS.CO, Jakarta - Burnout kerap kali dianggap sepele, padahal kondisi ini dapat menggerogoti kesehatan fisik dan mental secara perlahan tanpa disadari.
Ketika seseorang berada dalam tekanan kerja terus-menerus, tanpa ruang untuk istirahat dan tanpa apresiasi, burnout bisa muncul secara perlahan dan menghancurkan motivasi kerja hingga mengganggu kehidupan sosial.
Baca Juga:
Saat Perempuan Menahan Emosi, Kesehatan yang Jadi Taruhan
Jika tidak ditangani, burnout dapat berujung pada gangguan kecemasan, depresi berat, bahkan bisa memicu keinginan untuk menyerah pada kehidupan.
Oleh karena itu, mengenali gejala burnout dan mengambil langkah tepat sangat penting agar tidak jatuh dalam kelelahan mental yang membahayakan.
Apa Itu Burnout?
Baca Juga:
Tenangkan Batin dan Pulihkan Jiwa, Ini Manfaat Dahsyat Meditasi untuk Kesehatan Mental
Burnout adalah istilah untuk menggambarkan kondisi stres berat yang muncul akibat tekanan pekerjaan yang tidak tertangani dan kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Siapa saja bisa mengalami burnout, namun kondisi ini lebih sering dialami oleh mereka yang terlalu memaksakan diri untuk terus produktif, kurang mendapat apresiasi, terbebani oleh pekerjaan berat, atau terjebak dalam rutinitas kerja yang monoton.
Burnout muncul ketika stres berat di tempat kerja tak kunjung diselesaikan dan membuat seseorang kehilangan semangat serta menjauh dari lingkungan sosialnya.
Ciri burnout antara lain adalah hilangnya semangat bekerja dan rasa lelah berkepanjangan karena bekerja tanpa motivasi yang akhirnya menguras energi secara drastis.
Kondisi burnout juga bisa membuat seseorang merasa tidak berdaya, frustrasi, dan akhirnya membenci pekerjaan yang digelutinya karena merasa tidak mampu dan terbebani.
Seiring waktu, burnout menyebabkan performa kerja menurun karena hilangnya minat, yang kemudian berdampak pada hasil kerja yang tidak lagi maksimal.
Orang yang mengalami burnout juga cenderung menjadi lebih mudah marah, terutama saat pekerjaan menumpuk dan tidak berjalan sesuai harapan.
Tekanan emosional ini membuat penderita burnout menarik diri dari lingkungan sosial, bersikap sinis, dan enggan bersosialisasi dengan rekan kerja maupun keluarga.
Jika dibiarkan, burnout dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit fisik seperti flu, sakit kepala, serta meningkatkan risiko gangguan tidur, kecemasan, dan depresi.
Mengatasi Burnout
Untuk mengatasi burnout, penting untuk mulai dengan menyusun prioritas pekerjaan berdasarkan urgensi agar energi tidak terkuras pada hal yang tidak terlalu penting.
Bicarakan masalah yang dihadapi dengan atasan jika beban kerja terlalu berat atau ada ketidaknyamanan, bahkan bisa menghubungi HRD jika atasan menjadi sumber masalah.
Turunkan ekspektasi, latih pola pikir realistis, dan beri apresiasi terhadap diri sendiri atas pencapaian yang telah dilakukan agar tekanan berkurang dan semangat bisa bangkit kembali.
Buka diri untuk berbagi cerita dengan orang terdekat yang bisa dipercaya, karena sekadar bercerita bisa menjadi pelepas emosi negatif yang menumpuk.
Usahakan menjaga keseimbangan hidup dengan meluangkan waktu untuk bersantai, menikmati hobi, berkumpul bersama teman, atau mengambil cuti untuk berlibur.
Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin olahraga, dan tidur cukup dapat memperkuat kondisi tubuh dan memperbaiki fokus mental.
Untuk memperkuat daya tahan mental, Anda juga bisa mencoba pendekatan slow living, mengasah kecerdasan emosional, atau mencari kegiatan baru yang menyenangkan.
Burnout tidak hanya berdampak pada produktivitas kerja, tetapi juga bisa merusak relasi sosial dan meruntuhkan kesehatan secara menyeluruh.
Jika semua cara sudah dicoba namun gejala burnout tak kunjung hilang, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau mengevaluasi ulang pekerjaan yang sedang digeluti.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]