Mereka juga mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik. Pasalnya, masih terlalu dini untuk menerapkan pembatasan seperti era pandemi karena kemunculan dari beberapa subvarian Omicron tersebut.
Sebelumnya, organisasj kesehatan dunia (WHO) telah mengklarifikasikan strain virus corona EG.5 atau Eris yang beredar di Amerika Serikat dan China menjadi Variant of Interest (VOI).
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Varian ini tidak menimbulkan lebih banyak ancaman kesehatan bagi masyarakat jika dibandingkan dengan virus lainnya.
Varian virus yang dikenal cepat akan penyebarannya tersebut diperkirakan telah ditemukan pada lebih dari 17 persen kasus.
Beberapa pengaruhnya, seperti tingkat keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, penularan, dan kemampuan tidak terdeteksi.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Subvarian EG.5 merupakan keturunan dari XBB.1.9.2 yang memiliki karakteristik mirip dengan XBB.1.15. Subvarian ini pertama kali dilaporkan pada 17 Februari 2023 dan kini sudah menyebar di 51 negara menurut data GISAID.
Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu negara yang kini tengah dihadang varian tersebut lantaran memicu kenaikan kasus.
Bahkan, rawat inap rumah sakit di AS telah meningkat menjadi 14 persen atau 10.320 kasus dalam seminggu.