Proses pembakaran itu menghasilkan asap yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya.
Sementara itu, nikotin yang dihantarkan melalui produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau dipanaskan, dilakukan melalui proses pemanasan dan tidak menghasilkan asap.
Baca Juga:
Keren! Peneliti Unair Kembangkan Terapi Stem Cell untuk Cegah Penuaan Dini
“Jadi, produk tembakau alternatif itu memiliki risiko rata-rata 90 persen lebih rendah daripada rokok karena produk ini tidak melalui proses pembakaran,” terang Shoim.
Efektivitas nikotin pada produk tembakau alternatif dalam mengintervensi kondisi seseorang dengan kondisi kesehatan mental telah dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh Founder Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) dari University of Catania Italy, Ricardo Polossa dan kawan-kawan terhadap 40 orang pasien skizofrenia.
Ricardo menyampaikan fakta ini dalam salah satu kegiatan Global Forum on Nicotine (GFN) yang bertema Benefits of Nicotine baru-baru ini. Mengutip hasil studi yang dipublikasikan pada laman National Institute of Health, sebuah institusi riset medis di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, prevalensi merokok pada pasien skizofrenia jauh lebih tinggi dibanding orang dewasa pada umumnya.
Baca Juga:
Pengawas Institut Sarinah Dikukuhkan Menjadi Guru Besar FEB Unair
Namun, ketika diperkenalkan dengan produk tembakau alternatif, pasien skizofrenia tak hanya bisa beralih sepenuhnya dari rokok, tetapi juga tidak mengalami perburukan gejala psikotik selama penelitian meskipun dokter mengurangi dosis obat antipsikotik yang mereka konsumsi.
“Jadi, secara keseluruhan, kita memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengurangi dosis obat antipsikotik,” jelas Ricardo.
Kendati demikian, temuan ini merupakan hasil dari pilot project dengan melibatkan pasien dalam jumlah terbatas.