“Index massa tubuhnya di atas 23. Jadi cukup besar proporsi pasien diabetes dengan obesitas,” kata dia.
Dicky mengingatkan Indonesia mendapat rapor merah jika dilihat pada laporan Global Obesity Observatory dari World Obesity Foundation, disebutkan bahwa risiko obesitas nasional memiliki angka yang tinggi yaitu 7,5 dari 10 poin sementara risiko obesitas pada anak juga tinggi yaitu 7 dari 10 poin.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
“Data dari World Obesity Federation, saat ini (obesitas usia dewasa) di angka 30 persen. Anak-anak di angka 20 persen. Kalau tidak kita lakukan upaya yang agresif dan menyeluruh, angka ini diprediksi bukannya flattening seperti yang diharapkan kita bersama dengan Kemenkes tapi justru akan makin meningkat,” kata dia menambahkan.
Dicky memandang bahwa penyakit obesitas di Indonesia memiliki masalah yang cukup banyak, salah satunya peningkatan proporsi penduduk dengan obesitas baik anak-anak maupun dewasa.
Selain itu, masalah lainnya juga termasuk masih kurangnya kesadaran mengenai bahaya obesitas.
Baca Juga:
Program KKS, Milik Semua Instansi dan Masyarakat Dairi
Saat ini, imbuh Dicky, obesitas dari sisi pasien dianggap sebagai bukan gangguan kesehatan melainkan masih hanya gangguan kosmetik.
“Dari sisi dokter, mungkin dokter banyak yang tidak menempatkan obesitas sebagai prioritas. Padahal kalau obesitasnya bisa dikelola dengan baik, penyakit metabolik yang lain yang ada gula darahnya bisa turun, tekanan darah bisa turun, itu bisa memperbaiki kondisi-kondisi yang lain,” kata dia.
Untuk mengidentifikasi kondisi obesitas, dia mengatakan masyarakat bisa menggunakan pengukuran index massa tubuh, yaitu berat badan dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan.