Namun, proses yang terjadi pada remaja selama lockdown menunjukkan percepatan perkembangan otak yang mengkhawatirkan.
"Tampaknya pandemi tak hanya berdampak buruk pada kesehatan mental remaja, tetapi juga mempercepat pematangan otak mereka," tambah peneliti.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Umumnya, penuaan otak dini semacam itu hanya terlihat pada anak-anak yang mengalami kesulitan kronis seperti penelantaran, kekerasan, dan disfungsi keluarga.
Pengalaman masa remaja yang negatif seperti itu dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih buruk di kemudian hari.
Namun, pada kasus perubahan otak yang disebabkan oleh lockdown, peneliti menyebut tak yakin dengan dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Gotlib juga mengatakan tidak jelas apakah perubaan itu permanen.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
"Untuk orang berusia 70 atau 80 tahun, Anda akan mengharapkan beberapa masalah kognitif dan ingatan berdasarkan perubahan di otak, tetapi apa artinya bagi anak berusia 16 tahun jika otak mereka menua sebelum waktunya, itu yang belum diketahui," papar Gotlib.
Selain perubahan fisik yang terlihat pada otak, kelompok remaja dalam studi juga memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, peneliti berencana untuk terus mengikuti kelompok tersebut selama beberapa tahun mendatang, untuk melihat apakah pandemi telah secara permanen mengubah lintasan perkembangan otak dan kesehatan mereka.