Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu bertato memiliki insiden kanker kulit dan limfoma yang lebih tinggi dibandingkan saudara kembar mereka yang tidak bertato.
Selain itu, risiko kanker juga bervariasi tergantung pada ukuran dan durasi tato di tubuh.
Baca Juga:
Jaksa Agung: Pengoplosan Pertamax di Masa Pandemi Bisa Berujung Hukuman Mati
Individu dengan tato yang lebih besar dari telapak tangan dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker.
Semakin lama tato berada di kulit, semakin besar kemungkinan akumulasi partikel tinta di kelenjar getah bening, yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan gangguan sistem limfatik.
"Kami menemukan bahwa partikel tinta menumpuk di kelenjar getah bening, dan tubuh tampaknya menganggapnya sebagai zat asing," kata Henrik Frederiksen, salah satu peneliti dalam studi ini.
Baca Juga:
Trump Pangkas Dana USAID hingga US$60 Miliar, Begini Dampaknya bagi Dunia
Ia menambahkan bahwa sistem imun mungkin terus-menerus berusaha melawan partikel tinta tersebut, namun belum diketahui apakah respons ini dapat melemahkan fungsi kelenjar getah bening atau menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk memahami lebih dalam bagaimana tato mempengaruhi sistem limfatik dan apakah jenis limfoma tertentu lebih erat kaitannya dengan penggunaan tato.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.