Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, telah mengimplementasikan beberapa strategi untuk mengatasi permasalahan kanker serviks di Indonesia, termasuk memberikan vaksinasi HPV kepada anak perempuan usia sekolah dan melakukan skrining deteksi kanker serviks sejak dini bagi perempuan Indonesia.
Bahkan, telah dilakukan proyek uji coba vaksinasi HPV gratis di sekolah-sekolah di Jakarta. Selain itu, pemerintah juga telah menyelenggarakan pengobatan yang memadai untuk menangani kanker serviks di Indonesia.
Baca Juga:
Cinta Ramlan Mati Suri: 3 Jam Tanpa Tanda Kehidupan hingga Bertemu Cahaya
Pentingnya Skrining Kanker Serviks
Selanjutnya, Kementerian Kesehatan mengembangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pemberantasan Kanker Serviks untuk Indonesia (2023-2030).
Visi masa depan rencana aksi ini, yakni membuat kanker serviks sebagai penyakit masa lalu, serta setiap perempuan pada semua demografi sosial ekonomi dapat hidup sehat dan bebas dari ancaman kanker serviks.
Baca Juga:
Penelitian Ungkap Generasi X dan Milenial Berisiko Tinggi Alami Kanker
Prioritas pada rencana aksi nasional adalah skrining kanker serviks, dengan target menskrining 75% dari seluruh perempuan berusia 30-69 tahun. Skrining ini menggunakan metode pemeriksaan DNA HPV yang memiliki kualitas yang terjamin.
Salah satu aspek kunci dari rencana aksi nasional ini adalah peralihan metode skrining kanker serviks primer dari pendekatan yang ada saat ini ke skrining DNA HPV.
Pada tahun 2020, skrining kanker serviks menggunakan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pemeriksaan sitologi hanya mencakup 9,3% perempuan dalam populasi target, dengan variasi yang signifikan di antara provinsi-provinsi.