WahanaNews.co | Melandainya kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia jadi permulaan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Melonggarnya PPKM dengan mulai dibukanya berbagai sektor seperti sektor industri dan perekonomian hingga sekolah, menimbulkan kekhawatiran akan potensi serangan gelombang ketiga COVID di tanah air.
Baca Juga:
Lima Tahun Setelah COVID-19: WHO Desak China Berbagi Data, Ini Jawabannya
Dalam sebuah dialog virtual yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada Kamis (30/09/21), Ahli Virologi dari Universitas Udayana Bali, Profesor Ngurah Kade Mahardika memperingatkan, gelombang ketiga COVID-19 akan terjadi di akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022 mendatang, sesuai dengan pattern yang terjadi sejak tahun 2020 hingga tahun 2021.
"Awal 2022, kita bisa mengatakan virus masih ada di sekitar kita, tapi dampak pandemi bisa kita minimalisir. Sekarang, gelombang ketiga pasti terjadi," ujar Prof Kade Mahardika.
Prof Kade mencontohkan, negara-negara yang capaian vaksinnya sudah di atas 60 persen pun masih harus mengalami lonjakan atau gelombang ketiga, maka hal tersebut dapat terjadi pula di Indonesia.
Baca Juga:
'Ngamuk' di Jepang, Strain KP.3 COVID-19 Lebih Menular Dibanding JN.1
"Negara-negara yang vaksinasinya sudah mencapai di atas 60 persen, kasus pasti terjadi. Mereka sudah bebas tanpa prokes, berkerumun, nonton bola pergi ke stadion.
Tapi kemudian orang yang masuk rumah sakit sangat rendah, jumlah orang yang meninggal rendah. Persis yang terjadi di Singapura. Tiba-tiba kasus melonjak tajam, tapi jumlah orang yang meninggal selalu satu digit. 2 atau 3 (kasus)," tambah Prof Kade Mahardika.
Prof Kade pun berujar jika berpatokan pada lonjakan jumlah kasus, maka gelombang ketiga sudah pasti tiba di Indonesia. Hanya saja, jika dihitung berdasarkan hitungan kasus mencakup orang-orang bergejala dan bukan hanya berdasarkan dari hasil PCR, disertai dengan gencarnya vaksinasi, lonjakan kasus tersebut tidak akan berdampak parah layaknya Juli 2021 lalu.