Penderita empty sella syndrome umumnya akan mengalami gejala yang akan sangat memengaruhi kualitas hidupnya apabila tidak ditangani segera. Meski begitu, pada sebagian penderita empty sella syndrome, gejalanya tidak ada yang artinya tidak perlu penanganan apapun.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam penyebab empty sella syndrome, gejala empty sella syndrome, dan cara mengatasi empty sella syndrome, Jumat (22/7/2022).
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Kondisi empty sella syndrome adalah ketika seseorang memiliki kelenjar pituitari kosong yang seharusnya berisi cairan serebrospinal (CSF).
CFS kelenjar pituitari adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Berasal dari masalah inilah kemudian penyebab empty sella syndrome bisa dipahami.
Baca Juga:
Program KKS, Milik Semua Instansi dan Masyarakat Dairi
Dijelaskan, penyebab empty sella syndrome adalah ketika CFS bocor ke sella tursika (lekukan pada tulang pelindung sphenoid yang melindungi kelenjar pituitari).
Pasien yang mengalami masalah empty sella syndrome, umumnya bisa diketahui ketika mereka melakukan pemeriksaan kesehatan.
Misalnya saja dengan pemindaian Computed Tomography (CT) atau pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI).