"Pemberian parasetamol sebelum vaksinasi akan ganggu proses pembentukan antibodi. Antibodi terbentuk tapi tidak setinggi kalau tidak diberi parasetamol. Kalau demam juga hanya 25 persen anak yang divaksin (dari penelitian). Jadi tidak perlu beri parasetamol sebelum vaksinasi," tambahnya.
Menurutnya, yang lebih berbahaya adalah dampak dari penyakit menular yang mengintai anak dan sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi.
Baca Juga:
Rakor Pencegahan dan Pengendali Penyakit di Dairi, Ini Pentingnya Imunisasi Bagi Balita
Selain memicu kecacatan, anak yang mengalami penyakit menular seperti pertusis atau polio berisiko membahayakan nyawa.
"(KIPI) tidak perlu dikhawatirkan. Seperti anak tumbuh gigi, pasti rewel. Jadi vaksin juga timbul efek samping begitu. Ditambah, penelitian mencatat demam ringan hanya sebanyak 25 persen. Kalau anak rewel, perlu beri asupan makanan dalam hal ASI, MPASI itu harus cukup," jelas Prof Hartono.
"Apalagi kalau demam, asupan cairan harus cukup karena penguapan tinggi saat demam. Berikan obat penurun demam ketika suhunya atas 38. Belum 38, itu sebenarnya belum perlu. Itu saat tubuh membentuk reaksi. Ada sistem kekebalan yang dilatih," sambungnya.
Baca Juga:
Hebat! Pemkab Dairi Raih Peringkat 2 dalam Indonesia Sepekan Mengejar Imunisasi
Selain obat penurun panas, Prof Hartono menyoroti pentingnya memberikan kompres pada anak.
Namun ingat, kompres yang diberikan berupa kompres air hangat dan bukan air suhu ruangan. Sebab, air hangat akan membuat suhu tubuh menyesuaikan dan menjadi lebih stabil.
"Pakai kompres hangat, akan turunkan setting suhu. Kalau dikasih kompres dingin, luar dingin, justru produksi panas supaya tubuh nggak kedinginan. Itu mekanisme untuk mengatasi hal tersebut. Sekarang kalau demam malah kompres air hangat dan pakai baju tipis," tandasnya.