WAHANANEWS.CO, Jakarta - Media sosial kini memudahkan siapa saja untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan, baik melalui tulisan maupun ucapan.
Salah satu perilaku yang marak ditemui adalah "nyinyir" komentar negatif yang ditujukan kepada kehidupan orang lain.
Baca Juga:
Pemerintah Bongkar Fakta di Balik Isu Pangkalan Militer Rusia di Papua
Pertanyaannya, apakah kebiasaan nyinyir ini berkaitan dengan gangguan kejiwaan? Dan apakah ada dampaknya terhadap kesehatan mental?
Apa Benar Nyinyir Berkaitan dengan Gangguan Jiwa?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata nyinyir mengacu pada perilaku suka mengulang perintah atau cerewet.
Baca Juga:
Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Kotawaringin Timur Picu Kekhawatiran Masyarakat Luas
Namun, di kalangan pengguna internet, istilah ini lebih sering digunakan untuk menggambarkan kebiasaan mengkritik secara terus-menerus dengan kata-kata menyakitkan.
Jika dilakukan secara sengaja untuk merendahkan orang lain, nyinyir termasuk dalam bentuk perundungan (bullying).
Ketika disampaikan secara verbal atau tulisan di media sosial, perilaku ini tergolong cyberbullying yang dapat memberikan dampak psikologis serius pada korbannya.
Beberapa penyebab umum perilaku nyinyir antara lain:
- Rasa iri
- Rasa rendah diri (insecure)
- Kebiasaan berperilaku agresif
- Minimnya empati
- Lemahnya kontrol diri
- Merasa lebih unggul atau berhak menghakimi orang lain
Perilaku ini cenderung semakin intens ketika dilakukan melalui akun anonim di media sosial.
Namun, apakah nyinyir berkaitan dengan gangguan mental?
“Menurut psikolog, tidak ada hubungan langsung antara perilaku nyinyir dengan gangguan kejiwaan. Namun, perlu disadari jika perilaku nyinyir dapat merugikan psikologis orang lain.”
Kurangnya empati dan kendali diri menjadi pemicu utama kebiasaan ini.
Orang yang nyinyir cenderung menunjukkan agresivitas, yakni bentuk serangan yang ditujukan untuk menyakiti secara fisik maupun psikologis
termasuk lewat kata-kata. Ini juga bisa menjadi refleksi dari rasa iri atau ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
Nyinyir Berlebihan Bisa Berdampak Buruk
Beberapa orang merasa puas dengan merendahkan orang lain.
Padahal, mereka yang sudah merasa cukup dengan dirinya biasanya tidak merasa perlu meremehkan orang lain.
Efek nyinyir tidak hanya dirasakan oleh korban, tapi juga pelaku.
Orang yang sering berperilaku nyinyir umumnya sulit merasakan kebahagiaan dan kesulitan melihat hal-hal positif dari orang lain.
Ini bisa menghambat kemampuan mereka dalam menjalin hubungan sosial yang sehat.
Jika kamu menyadari kebiasaan ini dalam diri sendiri, cobalah untuk lebih banyak mendengarkan cerita orang lain agar empati bisa tumbuh.
Mulailah membiasakan diri menghargai pencapaian orang lain, sekecil apa pun itu, dan hargai juga dirimu tanpa harus menjatuhkan orang lain.
Perlu Bantuan Psikolog Jika Nyinyir Sudah Tidak Terkendali
Ketika nyinyir muncul karena rasa rendah diri atau ketidakmampuan mengendalikan emosi, konsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi.
“Perilaku nyinyir juga bisa disebabkan rendahnya kontrol emosi sehingga cenderung mudah mengucapkan perkataan negatif yang merugikan orang lain.”
Psikolog dapat membantu kamu memahami apakah kebiasaan ini disebabkan oleh kesulitan merasakan empati atau pola pikir tertentu yang tidak sehat.
Lewat konseling, kamu bisa belajar membangun hubungan yang lebih sehat dan mengelola kemarahan melalui teknik anger management.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]