WAHANANEWS.CO, Jakarta - Tak semua luka tampak di permukaan, dan tak semua teriakan terdengar oleh telinga kita. Di balik senyuman, produktivitas, dan sikap positif yang terlihat di luar, bisa saja seseorang menyimpan keputusasaan yang tak terucapkan. 							
						
							
							
								Bunuh diri sering kali bukan keputusan mendadak, tetapi buah dari pergulatan batin yang dalam dan lama.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Mereka yang Bangun Sebelum Matahari Terbit Ternyata Punya Kepribadian Tak Biasa
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Yang mengejutkan, tidak sedikit orang yang tampak ceria, aktif, bahkan sangat membantu banyak orang, ternyata menyembunyikan keinginan mengakhiri hidupnya. 							
						
							
							
								Dalam dunia kesehatan mental, fenomena ini disebut "high-functioning depression", kondisi di mana seseorang tampak baik secara sosial dan profesional, tapi sebenarnya sedang runtuh di dalam.							
						
							
							
								Mereka justru sering merasa tak punya ruang untuk lemah, karena orang-orang di sekitarnya terbiasa melihatnya sebagai sosok kuat, solutif, dan selalu siap menolong.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Mandaya Hospital Hadirkan Terobosan THT: Sembuh Tanpa Operasi Besar dengan Teknologi Plasma Coblation
									
									
										
									
								
							
							
								Hal ini membuat deteksi dini menjadi semakin penting, terutama karena sinyal-sinyal bahaya kadang disampaikan secara tidak langsung. Memahami tanda-tanda peringatan berikut bisa menjadi langkah awal untuk hadir dan membantu, sebelum semuanya terlambat.							
						
							
							
								Berikut tujuh tanda yang patut diwaspadai ketika seseorang mungkin sedang bergulat dengan pikiran bunuh diri:							
						
							
							
								• Menarik Diri Secara Sosial							
						
							
								
							
							
								Orang yang biasanya aktif mulai menghindar dari pergaulan, tidak merespons pesan, atau kerap menolak ajakan bertemu, bisa jadi sedang terjebak dalam isolasi emosional.							
						
							
							
								• Berbicara tentang Kematian atau Mengakhiri Hidup							
						
							
							
								Ucapan seperti “Aku ingin menghilang” atau “Rasanya hidup udah nggak berarti” adalah sinyal serius, bahkan jika disampaikan dengan nada bercanda atau tidak langsung.							
						
							
								
							
							
								• Perubahan Pola Tidur atau Makan Secara Drastis							
						
							
							
								Kurang tidur, tidur berlebihan, kehilangan nafsu makan, atau justru makan berlebihan dapat menjadi ekspresi dari tekanan mental yang memburuk.							
						
							
							
								• Membuang atau Memberikan Barang-Barang Berharga							
						
							
								
							
							
								Ketika seseorang tiba-tiba memberikan barang-barang sentimentalnya tanpa alasan jelas, bisa jadi itu adalah caranya “berpamitan secara halus”.							
						
							
							
								• Perubahan Suasana Hati yang Ekstrem							
						
							
							
								Lonjakan dari sangat murung menjadi sangat bersemangat secara tiba-tiba kadang bukan tanda pemulihan, tetapi karena orang tersebut telah mantap dengan keputusan ekstrem.							
						
							
								
							
							
								• Mencari Cara untuk Bunuh Diri							
						
							
							
								Mengakses informasi tentang cara mengakhiri hidup atau menyimpan barang-barang yang dapat digunakan untuk tujuan itu adalah peringatan paling serius yang tak boleh diabaikan.							
						
							
							
								• Merasa Menjadi Beban							
						
							
								
							
							
								Pernyataan seperti “Aku cuma bikin repot orang lain” mencerminkan hilangnya harapan, harga diri, dan perasaan terasing dari dunia.							
						
							
							
								Orang dengan “topeng kebahagiaan” bahkan mungkin akan meyakinkan kita bahwa semuanya baik-baik saja, meski sebenarnya mereka kelelahan secara emosional. 							
						
							
							
								Dalam kasus seperti ini, empati dan ruang aman untuk bercerita menjadi kunci. Jangan pernah meremehkan insting jika Anda merasa ada yang berbeda dari seseorang, bahkan jika ia tampak selalu tertawa dan sibuk.							
						
							
								
							
							
								Ajak bicara dengan lembut, dengarkan tanpa menghakimi, dan jika perlu, bantu mereka untuk mendapatkan bantuan profesional. Kita memang tak bisa selalu menyembuhkan luka orang lain, tapi kehadiran kita bisa mencegahnya semakin dalam.							
						
							
							
								[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]