Para peneliti menyebut bahwa mutasi N439K mirip dengan virus
tipe liar Wuhan dalam hal virulensi dan kemampuannya dalam menginfeksi manusia.
Ini artinya, pola penyebaran virus hampir sama dengan virus corona yang pertama
kali muncul di Wuhan, termasuk dalam menyebabkan penyakit.
Baca Juga:
WHO: Omicron Belum Sebabkan Kematian, Delta Jauh Lebih Ganas
Lebih kuat mengikat
reseptor ACE-2
Peneliti mengatakan bahwa varian baru N439K dapat mengikat
lebih kuat pada reseptor ACE-2. ACE-2 sendiri dikenal sebagai "pintu
masuk" virus corona SARS-CoV-2 ke tubuh manusia. Ketika virus corona masuk
ke dalam saluran pernapasan, ia akan menempel di ACE-2. Semakin banyak ekspresi
ACE-2 dalam tubuh, maka semakin tinggi potensi terjadinya kerusakan pada
saluran pernapasan.
"Analisis struktural kami menunjukkan bahwa mutasi baru ini
memperkenalkan interaksi tambahan antara virus dan reseptor ACE2," kata Gyorgy
Snell, salah satu penulis studi dari MRC-University of Glasgow Center for Virus
Research di Inggris, sebagaimana dikutip EurekAlert.
Baca Juga:
WHO: Belum Ada Kematian Akibat Omicron, Delta Jauh Lebih Ganas
Kebal antibodi
Berdasarkan penelitian, varian N439K kebal terhadap terapi
klinis imunoglobulin yang telah disetujui penggunaannya oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (FDA) AS. Terapi imunoglobulin yang juga dikenal Intravenous
immunoglobulin therapy (IVIG) adalah penggunaan campuran antibodi untuk
menangani sejumlah kondisi medis, terutama untuk memperkuat sistem kekebalan
tubuh. Biasanya diambil dari penyintas COVID-19.