WahanaNews.co | Lebih dari 18 bulan sekolah ditutup dan puluhan juta anak tidak mendapatkan pembelajaran secara tatap muka gegara pandemi. Melihat adanya risiko learning loss yang tinggi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar pembukaan sekolah atau pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan secara bertahap.
Bahkan di daerah dengan tingkat Covid-19 yang tinggi, WHO merekomendasikan agar sekolah dibuka kembali dengan aman dengan mengadopsi langkah-langkah untuk meminimalkan penularan virus.
Baca Juga:
Bahayakan Kesehatan, BPKN: Waspadai AMDK dengan Bromat Melebihi Batas Aman
"Penting bahwa ketika membuka sekolah, kita juga harus mengendalikan penularan di komunitas-komunitas itu," kata perwakilan WHO untuk Indonesia Dr Paranietharan, dikutip dari laman resmi WHO, Jumat (24/9/2021).
Ia mengatakan penutupan sekolah berdampak tidak hanya pada pembelajaran siswa, tetapi juga pada kesehatan dan kesejahteraan mereka pada tahap perkembangan kritis, dengan dampak jangka panjang.
Sebuah survei baru-baru ini oleh Kementerian Kesehatan dan UNICEF menemukan bahwa, di antara 4.374 pusat kesehatan di 34 provinsi, 58 persen melaporkan kesulitan dalam menyediakan program vaksinasi berbasis sekolah.
Baca Juga:
Penyakit Mpox Jadi Darurat Kesehatan Global, Kenali Cara Penularannya
Pembukaan sekolah didukung WHO bukan tanpa alasan. Dalam survei yang dilakukan pada kuartal terakhir tahun 2020 di 34 provinsi dan 247 kabupaten, lebih dari setengah (57,3 persen) rumah tangga dengan anak-anak mengatakan bahwa akses ke internet yang andal menjadi perhatian utama.
Sekitar seperempat orang tua mengatakan mereka kekurangan waktu dan kapasitas untuk mendukung anak-anak mereka dengan pembelajaran jarak jauh, sementara hampir tiga dari empat mengatakan mereka khawatir tentang kehilangan pembelajaran. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.