WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan obat antibodi Regeneron, yang berisi casirivimab dan imdevimab, ke dalam daftar obat bagi penyembuhan pasien COVID-19.
Studi klinis menunjukkan kombinasi obat tersebut efektif untuk menangani pasien yang tidak sakit parah, tetapi berisiko tinggi dirawat di rumah sakit akibat Corona. Selain itu, bisa juga diberikan untuk pasien yang terinfeksi parah dan tidak memiliki antibodi virus tersebut,
Baca Juga:
Ancam Kesehatan, BPOM Amankan Obat Ilegal Bernilai Rp 8,1 Miliar di Jawa Barat
Berdasarkan laporan WHO, ini adalah obat COVID-19 pertama yang direkomendasikan WHO untuk perawatan pasien berisiko tinggi yang tidak parah. Ini digunakan untuk mencegah penyakit berkembang menjadi lebih parah.
Sebelumnya, obat ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat pada November 2020 lalu. Obat ini juga sudah digunakan dalam perawatan mantan Presiden AS Donald Trump saat dirawat di rumah sakit akibat COVID-19. Selain AS, Inggris juga sudah menyetujuinya.
"WHO memperingatkan agar tidak memperburuk ketidakadilan kesehatan dan ketersediaan yang terbatas. Pasien yang tidak parah dan berisiko lebih tinggi dirawat di rumah sakit harus dirawat," tulis WHO dalam laporan yang dikutip dari Al Jazeera, Jumat (24/9/2021).
Baca Juga:
BPOM Tingkatkan Asistensi untuk Percepat Penyediaan Obat Berkualitas
"Mereka yang parah atau kritis dengan status seronegatif (belum mengembangkan antibodi alami terhadap COVID-19 yang ditentukan melalui tes cepat yang akurat) juga harus diobati. Karena kedua kelompok pasien ini adalah pasien yang paling membutuhkan perawatan obat ini," lanjutnya.
Untuk itu, WHO mendesak Regeneron untuk menurunkan harga obat tersebut dan mengupayakan agar obat ini bisa didistribusikan dengan adil ke seluruh dunia. Hal ini juga selaras dengan yang diungkapkan para penggiat dan pakar kesehatan masyarakat.
"Casirivimab dan imdevimab hanya direkomendasikan secara kondisional untuk COVID-19, tetapi Regeneron sudah mulai mengajukan paten. Regeneron seharusnya memberi contoh bagi semua produsen antibodi monoklonal dengan memprioritaskan keselamatan jiwa dan menepikan keuntungan,"