WahanaNews.co, Bekasi – Mega 24 tahun, yang telah melahirkan dua anak dari hasil pernikahannya dengan Nando Kusuma Wardan 25 tahun, ditemukan tewas. Nyawanya melayang setelah ia dibunuh dengan cara digorok lehernya oleh suaminya sendiri pada Kamis, 7 September 2023, malam.
Melansir dari detikX, Sabtu (16/8/2023), bahtera rumah tangga Nando Kusuma Wardana, 25 tahun, dan Mega Suryani Dewi, 24 tahun, baru seumur jagung. Bahtera tersebut kini karam setelah mereka menikah pada 2020.
Baca Juga:
Ibu di Deli Serdang Ditetapkan Tersangka Setelah Dua Kali Membunuh Anak Kandungnya
Benih cinta Nando dan Mega mulai tumbuh ketika sama-sama masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cikarang Barat. Sekolah itu menjadi saksi bisu kisah cinta mereka saat berseragam putih abu-abu. Keduanya sama-sama lulus dari jurusan teknik komputer jaringan (TKJ) sekolah itu pada 2017.
Setelah lulus sekolah, Nando, yang lahir pada 1999, langsung memasuki dunia kerja sebagai instruktur di LPK Indah Hade Karya. Lalu pria muda yang memiliki pengalaman di bidang manufaktur kendaraan roda empat dengan spesialisasi pengecatan itu sempat bekerja sebagai operator produksi spray painting selama dua tahun.
Mega, yang lahir di Bekasi pada 20 Oktober 1999, seperti dikutip dari laman Linkedln-nya, tercatat bekerja di beberapa perusahaan kecantikan sebagai beauty advisor. Di antaranya di perusahaan BEAU, Sosiolla, Orang Tua Group, dan terakhir di PT L’oreal Paris Indonesia. Dia juga tengah merintis karier sebagai content creator kecantikan atau beauty vlogger di akun media sosialnya, seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
Baca Juga:
Tragis! Suami di Serdang Bedagai Tikam Istri Saat Live Karaoke di Facebook hingga Tewas
Melihat akun medsos keduanya, pasangan suami-istri muda ini memposting berbagai momen kebersamaan, romantis, dan kasih sayang. Tapi, kenyataannya, mereka tak kuasa menahan gelombang badai di tengah lautan perkawinan. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Problem utama yang diributkan adalah soal ekonomi.
Nando, yang bekerja dengan status karyawan kontrak, digaji tak lebih dari upah minimum regional (UMR), sebesar Rp 3 juta. Sebagai tambahannya, Nando rela nyambi sebagai pengemudi ojek online. Sedangkan Mega memiliki penghasilan jauh lebih tinggi. Sebagai beauty advisor atau memegang event mingguan, ia mempunyai tambahan tersendiri. Perbedaan penghasilan ini menjadi bumerang di kehidupan keduanya.
“Kalau event, kan ada yang per harinya gope (Rp 500 ribu). Kadang-kadang ada yang Rp 600 ribu. Paling sedikit Rp 300 ribu ya kan. Tapi setiap Sabtu-Minggu selalu ikut event Mega. Ya, mungkin gedean Mega untuk penghasilannya, gitu,” ungkap Linda, ibunda mendiang Mega, saat ditemui detikX di Perumahan Tridaya Indah Estate I, RT 01 RW 07, Desa Tridaya Sakti, Kecamatan Tambun Selatan, Bekasi, Selasa, 12 September 2023.
Konflik keduanya seputar masalah ekonomi ini menjadi awal cekcok mulut. Bahkan cekcok mulut keluarga kecil ini kadang berujung pada tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hal itu diungkapkan oleh Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Cikarang Barat Ajun Komisaris M Said Hasan bahwa Nando sebagai suami sering direndahkan dan dihina oleh Mega.
“Dari orang sekitarnya, dia nggak pernah ngeluh masalah itu. Tapi, yang jelas, itu murni suaminya ini karena didasari oleh sakit hati, termasuk penghasilan lebih rendah dan selalu dihina dan dicaci maki oleh istrinya itu, karena mungkin istrinya merasa gajinya lebih tinggi,” ungkap M Said, yang ditemui detikX di kantornya, Selasa, 12 September 2023.
Karena tak tahan atas hinaan, harga diri Nando lama-lama berontak. Gejolak jiwanya tak terbendung sehingga muncul tindakan KDRT kepada Mega. Puncaknya terjadi tindak kekerasan yang dilakukan Nando terhadap Mega di rumah kontrakannya, Kampung Cikedokan, RT 04 RW 11, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, pada 7 Agustus 2023.
Saat itu terjadi pertengkaran hebat sehingga terjadi pemukulan. Bukan itu saja, Mega dikunci dari luar oleh Nando. Keributan pada malam itu sempat terdengar oleh pemilik rumah kontrakan, Dewi, yang sempat menolong Mega, yang terkunci pintu dari luar, sekitar pukul 02.00 WIB.
“Saya nyaranin, ‘Ayo, Dik, kita ke rumah sakit’. Memarnya sininya (sambil memegang pundak dan lengan bagian atas), ditendang sama suaminya, tapi saya lihat suaminya nggak ada,” kenang Dewi atas peristiwa KDRT yang menimpa Mega satu bulan lalu kepada detikX.
Dewi pun kala itu mewanti-wanti dan memberikan saran agar Mega tinggal dahulu dengan orang tuanya di Tambun Selatan, karena khawatir tindakan KDRT terulang lagi. Dia berharap, bila berada di lingkungan keluarganya sendiri, Mega akan lebih aman. Tapi ternyata Nando malah berani melakukan kekerasan di rumah mertuanya sendiri. Pihak keluarga Mega sempat menasihatinya agar, bila ada masalah, diselesaikan secara baik-baik.
“Ya pernah juga dulu di sini, ada KDRT, pernah ada KDRT itu di sini,” ungkap Linda lagi.
Sebelum tinggal di rumah kontrakan di Cikarang Barat, Nando dan Mega memang tinggal bersama Linda di Tambun Selatan. Diakui Linda, memang sering terjadi keributan, tapi selalu bisa dilerai. Kalau sudah berantem, Nando selalu memanggil ibunya datang. Orang tua Nando juga menganggap pertengkaran suami-istri merupakan hal umrah dalam kehidupan berumah tangga.
Mega juga merasa selalu dipojokkan oleh ibu mertuanya, yang selalu membela Nando. Lebih-lebih setelah kejadian KDRT pada 7 September 2023, Mega lagi-lagi merasa dipojokkan mertuanya, yang menuding kesalahan pada dirinya. Makanya, saat itu Mega mengancam Nando bahwa dirinya tak akan melihat ibunya lagi atau mengancam bercerai.
“Terus Mega bilang gini, 'Lu jangan harap gue lihat mata emak lu lagi, saking apa? Saking keselnya',” begitu ungkap Linda menceritakan kekesalan Mega, yang selalu dipojokkan ibu mertuanya di hadapan Nando.
Linda berkeyakinan masalah yang menimpa putrinya Mega dan Nando bukan masalah ekonomi. Sebab, dari kacamatanya, kedua suami-istri muda itu sangat pintar mencari uang. Nando, misalnya, pernah mendapat penghasilan sebulan Rp 9-11 juta, plus sekarang sebagai ojek online. Mega pun selalu mendapatkan bonus karena sesuai target penjualan obat kecantikan.
“Jadi dari mana kurangnya? Nggak mungkin banget. Kalau saya sih, ini menurut perasaan saya, kayaknya mungkin Mega minta cerai, kayaknya Nando kan nggak mau banget bercerai sama Mega. Mending gua bunuh, kayaknya gitu, saya berpikiran ke situ,” jelas Linda lagi.
Diakui Linda, putrinya itu selalu tertutup dengannya. Tetapi, kalau putrinya sedang senang, terutama suasana di tempat kerjanya, Mega sering bercerita banyak. “Tapi, kalau masalah penderitaan dia, dia nggak pernah cerita. Apa mungkin takut ibunya sedih atau gimana kali, ya,” ucap Linda.
Linda mengaku sakit hati atas perlakuan menantunya itu kepada Mega. Pertama kali bertemu Nando ketika dibawa polisi pun, Nando tak sedikit pun meminta maaf atau menyesal. Linda sempat menangis seraya menumpahkan kekesalannya kepada Nando.
“'Lu gila ya, lu waras apa nggak sih? Lu orang apa bukan? Lu kurang gimana sih, Ndo? Punya istri pinter, punya mertua kaya gue, kurang apa elu? Anak-anak lu, gue yang urusin, kekurangan gue bantu, kurang apa?' Ibu sempat bilang gitu. Tapi, karena di situ pikiran Ibu lagi nggak karuan, ya,” tanya Linda saat itu kepada Nando.
Linda dan keluarganya hingga kini belum tahu apa motif sebenarnya Nando berbuat sekeji itu kepada anaknya. Padahal, dari penampilan Nando kesehariannya, tak terlintas sebagai sosok yang garang, galak, apalagi berbuat kekerasan kepada seorang perempuan.
“Dia kan kelihatannya nggak garang, nggak apa, nggak ada muka-muka garang, kelakuannya halus, kalem, nggak gimana-gimana. Cuma kan dia punya sifat begitu. Saya juga nggak nyangka dia punya sifat seperti itu. Kalau kata orang sekarang, psikopat, ya,” pungkas Linda.
Nando sudah menyerahkan diri ke kepolisian beberapa jam setelah membunuh istrinya. Ia menyerahkan diri diantar kedua orang tuanya. Atas perbuatannya tersebut, Nando terancam hukuman penjara seumur hidup.
[Redaktur: Alpredo Gultom]