WahanaNews.co | Sebelas santriwati asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, ikut menjadi korban pemerkosaan Herry Wirawan, guru di salah satu pondok pesantren yang ada di Cibiru, Bandung.
Terungkap dari pengakuan korban bahwa dalam keseharian di pondok pesantren itu, para korban hanya disuruh membuat proposal dan beres-beres.
Baca Juga:
Guru Agama Diduga Cabuli Delapan Siswi SD di Gunungsitoli Terancam 20 Tahun Penjara
Kuasa Hukum 11 santri itu, Yudi Kurnia, mengungkapkan fakta baru bahwa waktu belajar para santri pun hanya sedikit.
Karena biaya pendidikan gratis, korban malah disuruh membuat proposal dan beres-beres.
"Waktu menuntut ilmunya sangat sedikit, para korban malah bertugas ada yang membuat proposal pondok pesantren dan beres-beres," ujarnya kepada wartawan, dikutip Senin (13/12/2021).
Baca Juga:
FSGI Soroti Mutasi Bukan Hukuman Tepat untuk Pelaku Kekerasan Seksual di Lingkungan Sekolah
Selama kurun waktu hampir lima tahun, sejak 2016 hingga tahun 2021, perbuatan bejat sang guru Herry Wirawan tertutup rapat.
Para korban didoktrin untuk tidak buka mulut tentang apa yang terjadi menimpa menimpa mereka.
"Saat pulang kampung satu tahun sekali, mereka dipantau melalui (aplikasi) perpesanan WhatsApp dan mereka hanya dua atau tiga hari (di kampung) langsung balik lagi ke Bandung," ungkap Yudi.
8 Orang Hamil, Pelaku Harus Dihukum Berat
Yudi menjelaskan, dari 11 orang santriwati korban Guru cabul asal Garut itu di antaranya delapan orang yang hamil.
Dia memastikan, seluruhnya sudah melahirkan anak dengan selamat.
"Ada satu korban santriwati yang memiliki dua anak dari terdakwa Herry Wirawan," katanya.
Pihak keluarga berharap Herry Wirawan dihukum seberat-beratnya, hukuman mati atau dikebiri.
Karena, menurut Yudi, perbuatan terdakwa sudah sangat tidak manusiawi dan dilakukan secara berulang selama lima tahun ini kepada 14 korban santriwati.
"Ya hukuman harus berat, hukuman mati atau kebiri," tegas Yudi. [dhn]