WahanaNews.co, Jakarta – Calim Sumarlin melapor ke Polda Metro Jaya karena diduga ditipu oknum polisi wanita (polwan), dengan modus menjanjikan anaknya Teti Rohaeti bakal lolos seleksi polwan pada 2016. Calim adalah seorang petani asal Subang, Jawa Barat (Jabar).
Hal itu dibenarkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Ade Ary Syam Indradi.
Baca Juga:
Drama Berlian Sintetik: Penyanyi Reza Artamevia Terseret Kasus Dugaan TPPU
"Komitmen bapak Kapolda Metro Jaya adalah memproses tuntas bagi siapapun yang melakukan tindak pidana kemudian kami menerima laporan, begitu juga apabila oknum anggota Polri yang dilaporkan melalukan dugaan tindak pidana," ujar dia, Selasa, (21/5/2024) mengutip VIVA.
Dia menyebutkan, saat ini pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan ini menambahkan, pihaknya tak bakal pandang bulu memproses laporan ini.
"Berdasarkan peristiwa yang terjadi ini akan dilakukan pendalaman, baik proses pidana terhadap laporan yang diterima para korban tidak perlu khawatir akan diproses tuntas yang kedua apabila dilakukan oleh oknum akan ditindak oleh Propam Polda Metro Jaya," kata dia.
Baca Juga:
Buronan Kasus Pencabulan di Madina Ditangkap, Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara
Dia menegaskan, rekrutmen Polri memegang prinsip bersih, transparan, akuntabel, dan humanis (Betah).
Ade Ary minta masyarakat melapor kalau ada oknum mengatasnamakan Korps Bhayangkara menjanjikan penerimaan jadi anggota.
"Jadi tidak perlu khawatir, apabila ada yang mengaku-ngaku panitia, menawarkan masuk polisi dengan biaya tertentu, silakan lapor. Akan diproses tuntas sesuai dengan fakta, SOP, secara profesional dan prosedural," katanya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, Calim Sumarlin, ditipu Rp598 juta dengan modus dijanjikan anaknya lolos seleksi Polwan tahun 2016. Kata dia, satu oknum polwan sudah dipecat terkait hal ini.
"Kejadiannya 2016, itu ada tiga ya (pelaku), satu itu bukan anggota Polri karena sudah lama dipecat sejak 2004 karena kasus narkoba atas nama AS. Lalu ada dua polwan, satu sudah dipecat 2017 lalu karena hal ini, dan satu masih proses kode etik. Ketiganya bukan panitia penerimaan, modus lama itu ngaku-ngaku bisa bantu," ujar dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan, masyarakat yang mau mengikutsertakan anaknya dalam rekrutmen Polri, agar tidak percaya pada praktik calo.
Dia menyebutkan, yang menentukan lolos atau tidaknya peserta rekrutmen hanya kemampuan diri sendiri.
"Kami transparan saja. Bapak Kapolri juga sudah berulang kali menekankan dalam setiap kesempatan soal profesionalisme dan selalu berpesan jangan sakiti hati masyarakat, kepercayaan masyarakat harus dijaga," katanya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]