Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso,
sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.
Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen Pol Rudy
Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok
radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.
Baca Juga:
Dukung Ekonomi Digital di Sulteng, Maxim Hadirkan Layanan Transportasi Online di Bungku Tengah
Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi "Santoso baru", karena latar belakang pengalamannya yang cukup
senior.
Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah
kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.
Saat itu, Kapolri
Jenderal Pol Tito Karnavian menilai bahwa Ali tidak memiliki kemampuan
kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan
spesialisasi dan militansinya.
Baca Juga:
Kunjungi Pasar Salakan, Jokowi Tinjau Harga Bahan Pokok di Banggai Kepulauan
Di sisi lain, peneliti
The Community of Ideological Islamic
Analyst (CIIA),
Harits Abu Ulya, sempat membeberkan beberapa informasi tentang kelompok Ali Kalora.
Menurut informasi, kelompok Ali Kalora ini hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki
militansi dan daya survival tinggi.
Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu, ditambah sokongan logistik dari para simpatisan
yang bermukim di bawah pegunungan Poso.