“Sudah tiga kali diacak-acak di TKP sekecil itu. Jadi apalagi? Jangan-jangan ini semacam kebingungan Polri saat mereka mengumumkan jika misalnya yang ditemui adalah sesuatu hasil yang tidak menyenangkan,” lanjut Adrianus.
Ia menduga korban mengalami henti napas akibat tidak mendapatkan suplai oksigen. Namun, karena polisi belum mengumumkan secara resmi, banyak spekulasi yang bermunculan.
Baca Juga:
Razman Arif Dituntut 2 Tahun, Hotman Paris: Jangan Ada Pengacara Seperti Dia
“Tapi sama sebab matinya saja, polda tidak kunjung memberi tahu tentang apa sebab matinya, itu yang membuat kemudian semua analisa itu menjadi liar,” tegasnya.
Menurut Adrianus, polisi seharusnya sudah mengetahui bukan hanya penyebab, tapi juga motif kematian ADP. Ia menduga keterlambatan ini disebabkan oleh sensitivitas status korban sebagai diplomat.
“Mungkin enggak enak dengan masyarakat, enggak enak dengan komunitas diplomat. Makanya sekarang semacam, ‘ini gimana ngomongnya ya?’” ujarnya.
Baca Juga:
Diduga Rem Blong, Truk BBM Industri Terbalik di Sumbul Dairi, Sopir Tewas
Ia juga menyinggung bahwa sebagai diplomat, korban mewakili wajah negara di forum internasional. Oleh karena itu, menurutnya, kasus ini berpotensi berdampak politis, apalagi saat ini Presiden Prabowo masih berada di luar negeri.
“Saya misalnya menduga secara bercanda, begitu presiden kembali, lalu diumumkan,” ucapnya.
Diketahui, ADP ditemukan dalam kondisi tak wajar pada 8 Juli 2025. Ia ditemukan tergeletak di atas kasur, kepala terlilit lakban kuning, dan tubuhnya tertutup selimut biru.