Oleh CHAPPY HAKIM
Baca Juga:
Kapolri Copot Kapolda Sumsel
HARI-HARI belakangan ini, topik
pembicaraan terutama yang beredar luas dalam berbagai media dipenuhi dengan
tiga nama ini, Akidi Tio, Apriyani Rahayu, dan Greysia Polii.
Baca Juga:
Kasus Akidi Tio: Didesak Copot Kapolda Sumsel, Ini Respons Polri
Akidi Tio
Akidi
Tio almarhum diberitakan menyumbang dana fantastis sebesar Rp 2 triliun untuk
penanggulangan pandemi Covid-19 di Sumatera Selatan.
Di hari
pertama berita muncul, segera saja mengundang kekaguman, rasa hormat dan
terharu serta puja puji yang luar biasa dari berbagai pihak.
Di hari-hari
berikutnya, ketika terkuak bahwa dana yang katanya hendak disumbangkan itu
belum juga terlaksana, maka bagai gelombang yang berbalik arah berhamburanlah
"caci maki", sumpah serapah dan minimal memunculkan kebingungan yang
mempertanyakan tentang bagaimana hal itu bisa terjadi.
Di sini
saya tidak hendak masuk ke dalam hiruk pikuk kontroversi fenomena Akidi Tio ini.
Saya
hanya hendak mengajak melihatnya dari perspektif "Indonesia Maju", melihat dari
sudut pandang "wawasan kebangsaan".
Tidak
memerlukan kepastian tentang kebenaran berita sumbangan sebesar Rp 2 triliun
bagi penanggulangan pandemi Covid-19 yang tengah kita hadapi bersama.
Akan
tetapi berita sumbangan fantastis itu sebenarnya telah membangunkan kesadaran
kita semua bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19 kita sebenarnya butuh
"kebersamaan".
Tidak
hanya Indonesia, akan tetapi dunia memang tengah berhadapan dengan masalah
super sulit yang harus dihadapi bersama-sama.
Kita
disadarkan tentang betapa kegotongroyongan, dalam hal ini solidaritas antar
sesama harus dibangun bila kita hendak cepat menyelesaikan masalah besar
pandemi Covid-19 ini.
Dengan
situasi dan kondisi seperti yang tengah kita hadapi bersama, kiranya tidak ada
pilihan lain bila kita ingin sukses keluar dari kesulitan maka kita harus
bersatu padu menghadapinya.
Sekali
lagi, berita Akidi Tio menyumbang Rp 2 triliun bagi penanggulangan pandemi
Covid-19, terlepas dari benar atau tidak berita itu, akan tetapi pada
kenyataannya sudah menjadi "wake up call".
Sinyal
bagi kita semua untuk sadar bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19, kita harus
bersatu bersama-sama menghadapinya.
Kebersamaan
dan gotong royong dalam arti bekerja bersama-sama adalah kunci sukses untuk
keluar dari kesulitan ini dan sekaligus kunci sukses menuju Indonesia maju.
Tidak
tersedia pilihan lain.
Apriyani Rahayu dan Greysia Polii
Apriyani
Rahayu dan Greysia Polii, menampilkan dirinya di atas papan mimbar juara 1
Olimpiade Tokyo 2020 untuk cabang bulutangkis ganda putri.
Orang
Indonesia mana yang tidak turut hanyut terharu bahkan meneteskan air mata
menyaksikan 2 putri Indonesia itu.
Mereka
berdua berdiri tegak dengan latar belakang iringan lagu Indonesia Raya yang gegap gempita mengantar naiknya sang Merah
Putih di tiang juara pertama.
Tidak
cukup berdiri tegak, kedua putri Indonesia itu mengangkat tangan kanannya
memberi hormat ala tentara dengan wajah yang dihiasi air mata mengalir tanda
kebahagiaan dan kebanggaan dari hasil jerih payah perjuangannya.
Sebuah
adegan hening dari momen kebanggaan sebagai anak bangsa yang mampu tampil di
panggung dunia sebagai "Juara".
Indonesia
untuk pertama kali meraih gelar juara pertama ganda putri Olimpiade.
Pasangan
yang mungkin saja sama sekali tidak diunggulkan sejak awal, akan tetapi tampil
membuktikan dirinya sebagai wakil bangsa yang terhormat, bangsa yang
bermartabat, bangsa yang mampu meraih prestasi tingkat dunia.
Hari-hari
berikutnya seperti biasa selalu saja diikuti dengan berita-berita yang beredar
tentang berapa dan apa saja yang akan diperoleh mereka berdua sebagai peraih
emas Olimpiade.
Saya
tidak akan mengajak lebih jauh berbicara tentang hal itu, akan tetapi saya
hanya ingin merenungkan saja.
Merenung
bahwa di tengah situasi dan kondisi yang sulit seperti ini, ternyata tetap ada
anak bangsa yang dapat memperlihatkan kemampuannya membawa nama harum sang Ibu
Pertiwi ke pentas dunia.
Sebuah
pembuktian bahwa di mana ada kemauan maka kesuksesan dapat diraih.
Sebuah
pembuktian bahwa Indonesia memang memiliki potensi yang besar untuk maju asal
ada kemauan.
Apriyani
Rahayu dan Greysia Polii membuktikannya.
Memperlihatkan
kepada kita semua sebuah refleksi dari upaya anak bangsa untuk mampu meraih
kesuksesan di arena olimpiade yang sarat dengan masalah gengsi, kehormatan dan
martabat bangsa.
Demikianlah
pada awal bulan Agustus, di tengah Indonesia menyongsong hari kemerdekaannya,
Akidi Tio, Apriyani Rahayu dan Greysia Polii telah muncul di permukaan,
mengingatkan dan membangunkan kesadaran kita semua.
Akidi
Tio menyadarkan tentang arti penting kebersamaan dalam menghadapi pandemi
Covid-19.
Apriyani
Rahayu dan Greysia Polii menunjukkan tentang potensi yang kita miliki bila
diiringi dengan nilai nilai etos kerja keras tanpa mengenal menyerah akan dapat
mencapai kesuksesan tingkat dunia.
Keduanya
membangunkan kita untuk Ayo bekerja bersamasama dan bekerja keras menuju
Indonesia Maju!
Tidak
perlu pula terlalu gusar dan berlarut dalam kehebohan dan keanehan dari
pemberitaan Akidi Tio yang masih membingungkan tentang kejelasan berita yang
sebenarnya.
Ada
pameo yang cukup populer mengatakan bahwa "Apa sih yang tidak bisa terjadi di Indonesia?" dan atau "Semua
yang tidak mungkin bisa saja terjadi di Indonesia".
Pameo
yang merupakan gurauan sinis belaka namun sering kali mewakili juga aneka
peristiwa aneh di negeri ini.
Menghadapi
17 Agustus 2021, mari kita tinggalkan itu semua, Ayo Maju Indonesia, Ayo Maju
menuju Indonesia Maju! (Chappy Hakim,
KSAU 2002-2005, penulis buku "Tanah Air
Udaraku Indonesia")-dhn
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akidi
Tio, Apriyani Rahayu, dan Greysia Polii", Klik untuk baca:money.kompas.com/read/2021/08/04/150800626/akidi-tio-apriyani-rahayu-dan-greysia-polii.