“Saat ini kami sedang membuat regulasi yang cepat dan tidak berbelit untuk mempercepat penggunaan EBT,” ujar Bahlil.
Bahlil menambahkan, penggunaan energi hijau kini telah menjadi standar global karena nilai ekonominya yang semakin kompetitif.
Baca Juga:
Bahlil Sebut Golkar Ibarat Teh Botol Sosro, Selalu Cocok untuk Semua Presiden
Ia menilai Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga surya, air, dan angin.
“Hampir semua negara sudah menggunakan energi hijau karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Peluang inilah yang kami tangkap,” tutur Bahlil.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, dalam kegiatan Indonesia Energy Transition Dialogue 2025 pada Senin (6/10/2025), memaparkan capaian positif sektor energi hijau nasional.
Baca Juga:
RI Berencana Nambah Lebih dari 10% Saham Freeport
Menurut Eniya, kontribusi EBT dalam bauran energi nasional telah mencapai 16 persen pada semester kedua 2025, meningkat dua persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Semester ini kita sudah mencapai 16 persen renewable energy di dalam energy mix total. Jadi memang target 23 persen belum tercapai, tetapi alhamdulillah dalam satu tahun ini naik dua digit. PR kita masih banyak untuk mencapainya,” ujar Eniya melalui keterangan resminya.
Eniya memperkirakan, target bauran EBT sebesar 23 persen baru dapat tercapai antara 2029 hingga 2030, seiring dengan peningkatan infrastruktur, kesiapan teknologi, serta ketersediaan investasi yang memadai.