2. Melakukan diagnosis, merawat, serta melakukan penyelidikan post-mortem pada megafauna akuatik terutama pada kejadian terdampar.
3. Mendalami investigasi kematian dan mengungkap penyebab kejadian mamalia terdampar, untuk membuat rekomendasi pengelolaan kejadian mamalia laut terdampar ke depannya.
Baca Juga:
Nelayan Libur Melaut, Harga Ikan di Tapteng Meroket
Pada kesempatan yang sama, Ketua Program Kelautan dan Perikanan WWF (World Wildlife Fund) Indonesia, Dr Imam Musthofa menjelaskan, sealife rehabilitation unit dibentuk karena rasa keprihatinan akibat seringnya hewan seperti hiu, penyu, dugong dan mamalia laut lainnya terdampar dan terluka.
Menurut dia, dengan adanya fasilitas kesehatan bagi megafauna akuatik ini, diharapkan pemantauan bagi spesies yang terluka akan lebih optimal.
"Ini kan sebuah ancaman yang cukup besar dan perlu dukungan banyak pihak. Ketika hewan terdampar kaya kemarin kasus yang di Madura ada 20 spesies lebih yang terdampar," ujar Imam.
Baca Juga:
Ekspor Perdana Frozen Yellowfin Tuna Sumbar ke Amerika Serikat Dimulai
"Nah mungkin kalo kita punya rehabilitation center, punya SDM terutama dokter hewan mungkin kita bisa cepet tanganin dan kemungkinan meningkatkan daya hidup hewan," lanjutnya.
Di sisi lain, WWF mencatat dalam kurun waktu satu tahun, ratusan hewan laut terdampar dan terluka.
Maka keberadaan relawan untuk membantu memulihkan kondisi hewan-hewan yang terluka atau trauma setelah terdampar dinilai sangat dibutuhkan.