WAHANANEWS.CO, Jakarta - Relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut positif temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait efisiensi produksi bahan bakar diesel dari sampah plastik atau petasol yang telah mencapai 60 persen.
Organisasi tersebut menilai capaian ini bukan hanya lompatan teknologi, tetapi peluang besar bagi pemerintah untuk mempercepat agenda ketahanan energi dan pengelolaan sampah nasional.
Baca Juga:
Menteri Koperasi Sebut 71 Ribu Koperasi Desa Telah Terbentuk, MARTABAT Prabowo-Gibran Ingatkan Kembali agar Masalah Sampah Dilibatkan
MARTABAT Prabowo-Gibran menegaskan bahwa inovasi energi ramah lingkungan seperti petasol selaras dengan visi Presiden-terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden-terpilih Gibran Rakabuming Raka dalam menciptakan energi murah, bersih, dan tersedia untuk rakyat.
“Hasil riset ini dapat menjadi bahan strategis untuk dirumuskan sebagai kebijakan nasional di era pemerintahan Prabowo-Gibran,” demikian pernyataan resmi organisasi.
Ketua Umum Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai inovasi petasol merupakan bukti bahwa pendekatan sirkular pada pengelolaan sampah tidak hanya memecahkan masalah lingkungan, tetapi mampu menghadirkan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.
Baca Juga:
Di Tengah Kerjasama PLN dan J&F Brazil Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Air, ALPERKLINAS Ingatkan Dampak Positif Bagi Konsumen
“Hasil penelitian BRIN ini sebaiknya tidak berhenti sebagai publikasi ilmiah. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk menetapkannya menjadi Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung strategis dalam pengembangan energi hasil daur ulang plastik,” kata Tohom di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Tohom menjelaskan, jika teknologi fast pyrolysis yang digunakan dalam riset ini diadopsi secara nasional, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada BBM konvensional sekaligus mengakselerasi ekonomi sirkular berbasis pemberdayaan masyarakat, seperti bank sampah dan UMKM pengolahan limbah.
“Dengan kemampuan mengolah 100 kilogram sampah plastik per siklus proses dan menghasilkan lebih dari 60 liter petasol, model ini bisa direplikasi di daerah-daerah dengan volume sampah tinggi maupun kawasan pesisir yang sangat bergantung pada solar,” ujarnya.