"Prototipe kedua sudah teruji puluhan ribu
kilometer, dan sampai sekarang tidak mengalami gangguan, dari segi mekanikal
maupun elektrikal," katanya.
"Prototipe kedua ini juga diuji
penggunaannya di Bandara Soekarno-Hatta, dan sudah berjalan cukup lama,
termasuk PLN yang menguji cukup lama, enam bulan melakukan pengujian pada
sistem charger station," katanya.
Baca Juga:
Gubernur Jabar Minta Pabrikan Otomotif Produksi Bus Listrik
Setelah prototipe kedua, kata Moeldoko, baru
kemudian dia terpikir untuk membuat perusahaan yang khusus menangani aktivitas
pembuatan kendaraan.
Maka, berdirilah PT MAB.
Singkat cerita, pada 2019, MAB kemudian
meluncurkan bus listrik untuk keperluan jarak jauh antar kota.
Baca Juga:
UI Tawarkan Bus Listrik Sebagai Kendaraan Ramah Lingkungan
Adapun yang menjadi kustomer pertama adalah
perusahaan dari Jepang, Mitsui.
"Mobil listrik Indonesia yang beli justru
orang Jepang pertama kali, dan sekarang (juga) digunakan di Paiton (Energy),
sudah satu setengah tahun tidak ada hambatan sedikit pun. Mereka membeli bus
listrik dari MAB yang sudah modern," katanya.
"Motor dan baterainya sudah dilengkapi
dengan liquid cooling system, sehingga bisa melaju dengan kecepatan 100
kpj, bahkan 130 kpj dengan jarak tempuh kurang lebih 200 km, itu kalau macet,
kalau nanjak. Kalau jalan datar, 250-300 km," katanya.