Ia juga meminta pemerintah daerah untuk merespons peringatan dini ini dengan segera.
"Kami berharap pemerintah daerah memperhatikan peringatan ini dan melakukan langkah antisipatif. Koordinasi dengan BPBD sangat diperlukan agar upaya mitigasi berjalan efektif serta respons cepat dapat dilakukan jika terjadi bencana," tambahnya.
Baca Juga:
Musim Kemarau 2025 Tiba, BMKG Prediksi Puncak di Juni dan Juli
Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa selain pengaruh Bibit Siklon Tropis 91S, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada di fase 2 di Samudra Hindia bagian barat diprediksi akan bergerak ke fase 3 dalam sepekan ke depan.
"Kombinasi antara pengaruh tidak langsung Bibit Siklon 91S dan aktivitas MJO berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat hingga tengah Indonesia. Kondisi ini dapat memicu cuaca ekstrem, terutama di Sumatra bagian selatan dan Jawa, yang saat ini mengalami perlambatan dan pertemuan angin secara konsisten," ungkapnya.
BMKG juga mengingatkan pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Baca Juga:
Gempa 6.8 M di Jepang, Ini Penjelasan BMKG Soal Dampaknya di Indonesia
"Kami mengimbau pemerintah daerah di wilayah berisiko tinggi terhadap banjir, tanah longsor, dan angin kencang untuk segera melakukan mitigasi. Pastikan kesiapsiagaan sarana dan prasarana darurat, lakukan sosialisasi kepada masyarakat, serta siapkan langkah-langkah evakuasi jika diperlukan," pungkasnya.
Peringatan Dini Cuaca
Periode 18 - 20 Maret 2025