WahanaNews.co | Direktur Utama Perum Bulog, Budi
Waseso alias Buwas, buka-bukaan terkait kebijakan pemerintah untuk membuka keran
impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini.
Bulog
memang ditunjuk untuk melaksanakan penugasan impor ini.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Buwas mengatakan,
pada dasarnya dia tidak tahu terkait keputusan impor beras, sebab dalam rapat
kordinasi terbatas (rakortas) yang dihadirinya tak ada pembahasan yang
menyinggung impor beras.
Ia
menjelaskan, dalam rakortas yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan dihadiri sejumlah menteri, hanya membahas tentang
kesiapan jelang bulan puasa dan Lebaran dari segala aspek pangan, termasuk
beras.
Dalam
rapat dibicarakan mengenai prediksi panen dan ketersediaan beras.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Saat
itu, pihak Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyatakan, Maret-Mei 2021 merupakan masa panen raya,
sehingga produksi gabah dan beras diproyeksi surplus.
"Waktu
rakortas, wacana impor itu enggak ada, karena rapat hanya bicarakan kesiapan
jelang puasa dan Lebaran dari segala aspek pangan. Tapi dalam proses
perjalanannya sekarang ada kebijakan impor," kata Buwas, dalam webinar PDIP, Kamis
(26/3/2021).
Ia
mengatakan, Bulog memang memiliki penugasan untuk menjaga stok cadangan beras
pemerintah (CBP) dikisaran 1 - 1,5 juta ton.
Kebijakan
ini telah diputuskan dalam rakortas 2018 lalu.
Saat
itu, memang dibutuhkan stok beras yang banyak, sebab
Bulog terlibat dalam program bansos rastra dengan menyalurkan beras sebanyak
2,6 juta ton per tahunnya.
Sehingga,
pemerintah memutuskan impor beras sebanyak 1,8 juta ton di 2018, mengingat stok
beras di Bulog kala itu hanya sebesar 600.000 ton.
Namun,
pada 2019, program bansos rastra tersebut diganti menjadi bantuan
pangan non-tunai (BPNT).
Bulog
pun kehilangan hilir untuk menyalurkan stok CBP. Adapun stok CBP memang baru bisa disalurkan bila ada
penugasan dari pemerintah.
Alhasil,
hingga saat ini, masih ada 275.811 ton beras hasil impor 2018 yang tersimpan
di gudang Bulog, di mana sekitar 106.000 ton di antaranya mengalami turun mutu.
"Setelah
rastra hilang, Bulog kehilangan pasar, sehingga jumlah beras yang ada di Bulog
tetap besar," katanya.
Melihat
kondisi itu, Buwas menilai, penyerapan Bulog seharusnya disesuaikan dengan
penyaluran.
Saat
ini, Bulog utamanya menyalurkan lewat operasi pasar ataupun
bansos untuk bencana alam.
Ia
menjelaskan, sepanjang Januari-Maret 2021, Bulog telah menyalurkan beras CBP
untuk operasi pasar sebanyak 123.000 ton, untuk tanggap darurat bencana 1.134 ton, serta untuk
golongan anggaran 15.000 ton.
Artinya,
dalam tiga bulan terakhir, rata-rata penyaluran CBP hanya sebanyak 140.000 ton atau
secara bulanan rata-rata hanya 50.000 ton.
Dalam
setahun, maka diperkirakan penyaluran akan mencapai 600.000 ton.
Dalam
perhitungan Buwas, paling banyak Bulog akan menyalurkan beras dari stok CBP
sebanyak 800.000 ton per tahun.
Menurutnya,
ini sudah jauh berbeda dengan kondisi 2018 lalu yang memang angka penyalurannya
tinggi.
"Ketentuan
Bulog punya CBP 1 - 1,5 juta ton itu keputusan rakortas 2018. Rakortas itu
sifatnya keputusan sementara, bukan keputusan tetap. Tapi ini dipakai sampai
sekarang, padahal bansos rastra saja sudah enggak ada," ungkap dia.
Ia
mengatakan, persoalan beras yang menumpuk akibat sisa impor dan penyerapan yang
terus dilakukan tiap tahun tetapi penyaluran rendah, telah dikomunikasikannya
dalam setiap rakortas.
Tapi, hingga
saat ini, belum ada keputusan.
"Persoalan
ini tidak pernah selesai di kala saya sampaikan pada forum rakortas, tidak
pernah ada keputusan. Tapi kalau soal impor, itu cepat sekali," papar Buwas.
Stok Cukup, Tak Perlu Impor
Buwas
pun menyakini, data proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat
Statistik (BPS) terkait produksi beras nasional akan surplus pada tahun ini. Oleh sebab itu,
dinilai tak perlu impor beras.
Adapun
BPS menyebut, potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 akan
mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan
periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.
Ia
mengungkapkan, sejak masa panen raya atau awal Maret hingga saat ini,
penyerapan Bulog sudah mencapai 145.000 ton.
Per 25
Maret 2021, stok beras di Bulog pun telah mencapai 923.471 ton, terdiri
dari CBP 902.353 ton dan beras komersial 21.119 ton.
Buwas
memperkirakan, setidaknya hingga April serapan beras hanya untuk CBP bisa
mencapai 390.000 ton.
Sehingga, bila
diakumulasi dengan stok saat ini, total CPB pada akhir April sudah di atas 1 juta ton.
"Lalu
Mei akan serap lagi. Jadi kalau tadi stok (CBP) di Bulog itu harus 1 - 1,5 juta itu amat sangat bisa (dari dalam negeri), tidak
perlu impor," tegas dia.
Buwas
memastikan, meski ada penugasan impor, Bulog akan terus memaksimalkan penyerapan beras dalam
negeri.
Pihaknya
bakal membeli beras di daerah-daerah yang produksinya melimpah dan akan
menyuplai ke daerah-daerah yang defisit beras.
Hal ini
guna memastikan seluruh daerah Indonesia terjamin kebutuhannya akan beras.
"Saya
ingin menjamin bahwa pangan itu aman, khususnya beras di seluruh Indonesia.
Saya berkeyakinan bahwa kita ini bisa swasembada pangan dan tidak perlu
buru-buru menyatakan impor," pungkas Buwas. [dhn]