WahanaNews.co, Jakarta - Bakal calon wakil presiden (bacawapres) Koalisi Perubahan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menilai masa depan Kota Jakarta suram karena adanya polusi udara.
Pasalnya, tingginya kadar emisi di udara Jakarta menyebabkan anak-anak terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Baca Juga:
Cak Imin Umumkan Periode 2024-2029 Terakhir Pimpin PKB
Cak Imin awalnya berbicara mengenai komitmen RI dalam menekan deforestasi hingga penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah gundul.
Namun, Cak Imin memandang perlu adanya langkah lebih konkret dalam mengurangi emisi, khususnya di langit Jakarta.
"Tentu banyak sekali yang harus dilanjutkan dari komitmen Indonesia kepada kepentingan iklim dan global. Komitmen Indonesia ini yang pertama (masalah) deforestasi, penghutanan kembali yang selama ini mulai habis, itu paling pokok penghijauan dan penghutanan. Yang kedua, mengurangi emisi," kata Cak Imin saat ditemui usai menghadiri acara Peringatan Sumpah Pemuda bersama Pemuda Lintas Iman di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (28/10/2023).
Baca Juga:
Cak Imin Sebut Kehadiran Paus Jadi Pengingat Pembangunan Berkeadilan
Cak Imin menilai penggunaan energi terbarukan mestinya digencarkan supaya kadar emisi semakin berkurang. Pasalnya, ia mengaku pesimistis dengan masa depan Jakarta dengan kondisi saat ini.
"Menyelenggarakan penggunaan energi terbarukan, mengurangi (energi tak terbarukan -red). Jakarta ini udah masa depannya suram ini Jakarta. Jakarta ini semua anak-anak sakit ISPA. Malam hari tambah parah, akibat PLTU. Ini harus dibuktikan dengan Kementerian Lingkungan Hidup jangan diam, ayo kita berbuat sesuatu," tegasnya.
Cak Imin juga menyinggung soal kenaikan harga pangan yang kini sedang terjadi. Menurutnya, petani dapat mengatasi permasalahan ini asal diberi infrastruktur yang memadai.
"Yang paling pokok produksi dalam negeri, swasembada beras petani harus ditingkatkan produktivitasnya karena sebetulnya petani mampu asal infrastrukturnya memadai," ucapnya.
Ia lalu menjelaskan bagaimana cara agar pangan kita terpenuhi dan tidak perlu melakukan kegiatan impor kembali.
"Irigasi, pupuk, bibit kemudian ketahanannya juga harus dimulai dengan satu kekuatan logistik bulog ini diberdayakan seperti dulu lagi. Dari situ tujuan pangan terpenuhi dan kita tidak impor lagi," ujarnya.
[Redaktur: Sandy]