WahanaNews.co | Para petugas haji harus selalu sigap melayani jemaah, terutama bagi yang berumur lansia. Begitu yang dilakukan Chandra, petugas layanan lansia pada Sektor 2 Daerah Kerja (Daker) Makkah.
Pagi itu, Kamis (8/6/2023), dia bersama tim petugas lansia dan perlindungan jemaah di sektornya, mengantar jemaah lansia ke Masjidil Haram untuk menunaikan umrah haji.
Baca Juga:
Jamaah Calon Haji Embarkasi Banjarmasin Berihram Menuju Arab Saudi
Sebanyak 16 jemaah lansia yang diantar dengan coaster dari Mahbas Jin, menelusuri terowongan, menuju Terminal Bab Ali. Ini adalah terminal yang menjadi tempat pemberhentian angkutan jemaah yang tinggal di area Mahbas Jin, baik Sektor 1 maupun Sektor 2. Hotel di wilayah ini dihuni oleh jemaah haji asal Jawa Barat.
Saat itu, Chandra bertugas bersama Puradi (Linjam), Zubaedah, dan Neni. Mereka mendampingi 16 lansia yang rata-rata berusia 80 tahun ke atas. Ada yang 90 tahun, bahkan ada juga yang di atas 100 tahun, seorang kakek dari Kuningan.
Jarak dari hotel di Mahbas Jin ke Terminal Bab Ali sebenarnya tidak terlalu jauh, sekitar 1,5 km. Dengan coaster, waktu tempuh yang dibutuhkan hanya 5 - 10 menit. Namun, sepertinya hari itu ada jemaah lansia yang saat berangkat, sedang ingin buang hajat. Hajat itu tertunaikan dalam perjalanan.
Baca Juga:
1.395 Calon Haji Kabupaten Kudus Ikuti Pelatihan Manasik Haji Terakhir
Sampai Terminal Bab Ali, petugas baru tahu kalau ada kakek yang buang hajat, seiring menyeruaknya bau kotoran. Sang kakek hanya terdiam, di tengah keterbatasannya untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Chandra dan para petugas sigap. Sementara jemaah lansia lainnya diantar ke Masjidil Haram untuk memulai umrah, sang kakek digendong Chandra dari bus, lalu ditempatkan di kursi roda dan transit sebentar di toilet.
Saat itu, dengan sabar, Chandra membersihkan kotorannya. Kakek itu hanya terdiam, saat Chandra membersihkan badannya dan mencuci kain ihramnya.
Setelah semua bersih dan suci, kain ihram kembali dikenakan. Kursi roda juga dibersihkan. Chandra lalu menggendong sang Kakek, menempatkannya kembali di kursi roda, lalu mendorongnya menuju Masjidil Haram.
Kepada pembimbing ibadah yang bertugas di Masjidil Haram, kakek itu diserahkan untuk dibimbing menjalankan ibadah umrahnya, tawaf di Baitullah, serta Sai dari Shafa ke Marwah.
Petugas pembimbing ibadah itu menerimanya. Dia bergerak mengantar kakek untuk menjalankan umrah.
Kepada Chandra, mata kakek berbinar. Tidak ada kata yang terucap. Tapi senyum yang mengembang menjadi penanda betapa kakek itu bahagia.
Chandra juga merasa bahagia. Lelahnya seketika sirna. Dia merasa tugasnya hari itu sangat berkesan, membantu sang kakek tetap bisa menjalankan umrahnya, meski harus berjibaku terlebih dahulu dengan membersihkan kotorannya.
Itulah kisah Chandra yang berjuang melayani jemaah haji lansia. Bagi Chandra sendiri perjuangannya membersihkan kotoran kakek tersebut dilakukan dengan ikhlas, meski kakek itu bukan keluarganya. [sdy]