WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran menyampaikan apresiasi atas langkah progresif Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tengah menyiapkan pembangunan fasilitas Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di TPAR Kebon Kongok, Lombok Barat.
MARTABAT menilai langkah ini menunjukkan arah baru yang lebih serius dalam menangani persoalan darurat sampah sekaligus memperkuat agenda transisi energi terbarukan di daerah.
Baca Juga:
PLN Ungkap Kebutuhan 12 Ribu Ton Sampah per Hari untuk Dorong PLTSa 197,4 MW
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, menyampaikan bahwa inisiatif Pemprov NTB ini merupakan contoh kebijakan yang selaras dengan masa depan pengelolaan energi nasional.
“Pemerintah daerah yang berani mengambil langkah konkret seperti ini menunjukkan pemahaman bahwa sampah bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga peluang energi. Inisiatif ini adalah wujud keberanian melihat masa depan,” kata Tohom, Minggu (8/12/2025).
Ia menegaskan pentingnya memastikan seluruh proses investasi dan pemilihan teknologi berjalan akuntabel dan terukur.
Baca Juga:
Banyak Daerah yang Terapkan, MARTABAT Prabowo-Gibran: Pengolahan Sampah Modern Trenggalek Jadi Model Energi Bersih Masa Depan
“Ketika berbicara PSEL, kita bicara tentang teknologi jangka panjang. Karena itu transparansi, kesiapan infrastruktur, dan kejelasan tata kelola harus menjadi fondasi agar fasilitas ini benar-benar memberi manfaat,” ujarnya.
Tohom juga menilai bahwa kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, investor, hingga regulator pusat—akan menentukan keberhasilan proyek ini.
“NTB membutuhkan solusi menyeluruh, bukan tambal sulam. Ketika energi terbarukan masuk dari pintu pengelolaan sampah, maka pemerintah harus memastikan seluruh skema, dari pengangkutan, logistik, hingga keberlanjutan pasokan sampah, berjalan solid,” ujarnya.
Pada bagian lain, Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menyebut bahwa proyek PSEL di NTB dapat menjadi model nasional apabila dirancang dan dieksekusi dengan benar.
“PSEL bukan sekadar proyek teknologi, tetapi transformasi hulu-hilir pengelolaan sampah. Jika proyek ini berhasil, NTB bisa menjadi pionir integrasi pengurangan sampah dan produksi energi bersih,” tutur Tohom.
Ia juga menggarisbawahi bahwa keberhasilan program seperti ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam peta energi terbarukan Asia.
“Negara-negara lain telah menjadikan waste-to-energy sebagai tulang punggung pengurangan emisi. Indonesia perlu bergerak cepat agar tidak tertinggal,” tambahnya.
Sebelumnya, Sekretaris Dinas ESDM NTB, Niken Arumdati, menegaskan bahwa pembangunan PSEL di Kebon Kongok menjadi langkah penting mengatasi kondisi darurat sampah dan sekaligus menghasilkan energi terbarukan.
Tiga calon investor—Stellio (Belanda), Ekton Energy (Turki), dan PT Kaltimex—telah menyampaikan minat dan sedang menjalani proses studi serta administrasi lanjutan.
Investor yang serius wajib masuk dalam Daftar Penyedia Terseleksi (DPT), sementara seluruh proses seleksi dan presentasi rencana proyek dilakukan di Danantara dengan penilaian dari kementerian terkait.
[Redaktur: Rinrin Khaltrina]