“MARTABAT Prabowo–Gibran memandang WTE sebagai proyek martabat bangsa. Jika tata kelolanya lemah, maka yang rusak bukan hanya proyeknya, tetapi kepercayaan publik,” tegasnya.
Lebih jauh, Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini mengatakan bahwa WTE memiliki potensi besar sebagai solusi berkelanjutan bagi persoalan sampah perkotaan sekaligus sumber energi alternatif.
Baca Juga:
Danantara Tegaskan Dukungan Penuh untuk Penguatan Sport Tourism Nasional
Namun potensi tersebut hanya akan tercapai jika aspek lingkungan, teknologi, dan ekonomi dikelola secara seimbang.
“WTE harus ramah lingkungan, efisien secara ekonomi, dan berpihak pada kepentingan masyarakat. Jangan sampai teknologi yang dipilih justru menimbulkan dampak ekologis baru atau beban fiskal di masa depan,” jelasnya.
Dalam pandangan Tohom, pengalaman masa lalu di sektor BUMN harus dijadikan pelajaran berharga. Ia menilai setiap keputusan strategis, termasuk pemilihan mitra WTE, wajib melalui uji kelayakan yang ketat dan terbuka.
Baca Juga:
Eksekusi Strategi Prabowo, Pertamina Mulai “Cuci Gudang” Anak Usaha
“Kita tidak boleh mengulang kesalahan lama. Di era Prabowo–Gibran, proyek negara harus dijalankan dengan kehati-hatian, profesionalisme, dan visi jangka panjang,” katanya.
Tohom juga menyebutkan bahwa WTE harus diposisikan sebagai bagian dari agenda besar transisi energi dan perbaikan kualitas hidup masyarakat.
Ia menilai keberhasilan program ini akan menjadi tolok ukur keseriusan negara dalam mengelola sampah secara modern dan beradab.