Diversifikasi
pangan akan berjalan otomatis dan simultan selama petani merasa pendapatan dan
nilai keuntungan diperoleh mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan
menutup semua kebutuhan sekaligus tahapan awal menuju penguatan daya saing
produk lokal berperspektif global.
Opsi bebas
petani dalam memilih komoditas agribisnis yang dinilai paling profitable menggerakkan antusiasme ke sana, apalagi untuk jenis tanaman seperti porang dan
umbi-umbian lain yang sudah lama disiasati.
Baca Juga:
Petani Madura Gencar Budi Daya Porang Untuk Ekspor
Tinggal
bagaimana negara dan korporasi mendesain diversifikasi agar tidak mengulangi
kegagalan masa lalu.
Agenda Kolaborasi
Baca Juga:
Libas Hama dan Penyakit, Kementan Galakkan Penggunaan Pestisida Nabati
Di luar
domain ekspor, penting pula bagi Indonesua menggelorakan pemetaan ulang atas
kekuatan riil dan potensi tanaman penghasil pangan dalam konteks mencari substitusi
beras.
Sudah
telanjur salah ketika diversifikasi bergeser ke arah gandum yang notabene belum
dapat dibudidayakan di bumi tropika bernama Indonesia.
Ketergantungan
terhadap bahan pangan tertentu yang bertumpu impor secara ekologis akan membuat
bangsa ini rentan (vulnerable)
saat stok
dunia menipis menyusul risiko gagal panen, perang, dan perubahan geopolitik
kawasan.