Mengapa bisa?
Saat hendak melakukan penerjunan,
ternyata pesawat C-130B Hercules yang ditumpanginya dan anak buahnya mendapat
serangan dari bawah.
Baca Juga:
Prabowo Perintahkan TNI Kirim 20.000 Personel ke Gaza
Akibatnya, pesawat pun menjauh dari
wilayah daratan dan terbang menuju laut di wilayah udara Pulau Alor.
Diungkap Luhut, ada kesalahan data
intelijen yang menyebut bahwa pasukan pemberontak Front Revolusi Kemerdekaan
Timor-Leste (Fretilin) memiliki senjata penangkis serangan udara salah besar.
"Ketika giliran saya untuk melompat tiba, saya tinggal menunggu aba-aba
dari jump-master. Tetapi tiba-tiba terasa pesawat miring. Bunyi bel berdering
panjang juga berhenti dan dua orang jump master di pintu kiri dan kanan
Hercules menyilangkan kaki ke pintu, sementara load master buru-buru menutup
pintu. Lho, ada apa? Saya bertanya-tanya," tulis Luhut.
Baca Juga:
TNI Gempur Markas OPM, Lamek Taplo Tumbang Bersama 3 Pengikutnya
"Rupanya informasi intel yang tidak tepat sebelumnya tentang adanya
senjata penangkis udara di lapangan terbang Dilli dan adanya tembakan gencar
dari bawah yang mengenai pesawat Hercules yang kami naiki mempengaruhi pilot
untuk segera menyingkir dari wilayah di atas lapangan terbang. Yang paling aman
tentulah terbang ke arah laut," lanjutnya.
Pesawat yang ditumpangi Luhut dan anak
buahnya akhirnya berputar arah dan mendarat di Pangkalan Udara Penfui, Kupang,
Nusa Tenggara Timur (NTT).
Luhut dan 78 orang anggota Kopassandha
pun gagal terjun untuk menjalankan tugas.