Saat tiba di Pangkalan Udara Penfui,
Luhut menyaksikan sendiri ada beberapa bagian pesawat yang rusak akibat
berondongan tembakan pemberontak Fretilin.
Tak hanya itu, seorang load master (awak udara di pesawat sipil
atau pesawat angkut militer yang ditugaskan untuk memuat, mengangkut, dan
menurunkan muatan udara secara aman), tewas akibat terkena tembakan.
Baca Juga:
Prabowo Perintahkan TNI Kirim 20.000 Personel ke Gaza
"Menghentikan penerjunan menyebabkan 78 orang anggota Kopassandha tidak
bisa terjun, dan semua "terpaksa" terbawa ke Kupang. Ketika mendarat
di pangkalan udara Penfui, saya baru tahu ada sejumlah peluru tembakan dari
bawah yang menyebabkan kerusakan kecil di sejumlah C-130B," lanjut
Luhut.
"Bahkan seorang load master di Hercules yang lain tewas terkena peluru
yang ditembakkan dari bawah. Kasus seperti itu memang jarang sekali terjadi,"
katanya.
Sebagai seorang komandan, Luhut jelas
tak senang dengan situasi itu.
Baca Juga:
TNI Gempur Markas OPM, Lamek Taplo Tumbang Bersama 3 Pengikutnya
Apalagi, Luhut tahu persis bahwa ada
beberapa anak buahnya yang sudah terjun ke daratan untuk menjalankan tugas.
Luhut mengakui, perasaannya sangat
jengkel dan khawatir saat itu. Pasalnya, ia sama sekali tak tahu nasib anak
buahnya yang sudah terjun.
Sementara, di sisi
lain, ia masih berada dalam kondisi aman dan tak bisa berbuat banyak untuk
memimpin anak buahnya yang sudah bertempur lebih dulu.