Salah
satu poin hasil survei Yayasan Gusdurian sekitar 4-5 tahun lalu turut membuat
Andreas khawatir.
Poin
survei itu menunjukkan, hanya 30% generasi muda (usia 30-an) yang mengetahui
dan memahami Pancasila.
Baca Juga:
Ken Setiawan Ingatkan Pentingnya Peran Mahasiswa Jaga NKRI dari Radikalisme
"Enggan
membayangkan situasi 5-10 tahun mendatang. Bangsa Indonesia tahu Pancasila,
tapi tak mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari," ucap dia, yang juga
merupakan salah seorang alumnus Unpar.
Andreas
Hugo Pareira mengingatkan, Pancasila mesti tetap menjadi jalan hidup Bangsa
Indonesia.
Dia
menceritakan isi dialog Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, dengan
pemimpin negara Yugoslavia, Josip Broz Tito.
Baca Juga:
Peristiwa G30S/PKI, Mengenal 10 Pahlawan Revolusi Indonesia
Soekarno
mengatakan, dirinya tenang setelah menanamkan Pancasila sebagai jalan
hidup Bangsa Indonesia.
Seingat
Andreas Hugo Pareira, dialog itu terjadi menjelang KTT Gerakan Non-Blok di
Beograd.
"Soekarno
bertanya kepada Tito, hal apa yang menjadi kekuatan Bangsa Anda (Yugoslavia).
Tito menjawab, pasukan tentara yang tangguh. Tito balik menanyakan hal sama
kepada Soekarno. Soekarno menjawab, dirinya tak khawatir akan masa depan Bangsa
Indonesia, karena telah menanamkan Pancasila sebagai way of life (jalan
hidup). Kini, Indonesia masih kokoh, sedangkan Yugoslavia telah pecah menjadi
beberapa negara," tutur Andreas.