WahanaNews.co | Wadah
Silaturahmi Khatib Indonesia (Wasathi) mengusulkan agar durasi khotbah di
Indonesia sekarang ini diubah lebih singkat, cukup 15 menit. Usulan itu
khususnya bisa dilakukan untuk pelaksanaan khotbah salat Jumat yang
dilaksanakan tiap seminggu sekali.
Baca Juga:
Pemkot Bengkulu Revitalisasi 37 Masjid Demi Tingkatkan Kenyamanan Ibadah Warga
Ketua Pembina Wasathi Arif Fahrudin menyampaikan bahwa
materi khotbah dengan durasi ini akan membuat jemaah lebih fokus mendengarkan
khotbah.
"Khotbah yang lebih ringkas ini diharapkan bisa membuat
jemaah lebih khusyuk, tidak tertidur, dan tetap mampu mendengarkan materi
khotbah khatib secara utuh," kata Arief dalam keterangan resmi yang
dikonfirmasi oleh Bendahara Wasathi Hilman Kurtubi, Senin (2/8).
Arief menjelaskan usulan tersebut sekaligus untuk merespons
perkembangan zaman saat ini yang dinilai penuh ketidakpastian. Kondisi zaman,
kata dia, juga mendorong matinya kepakaran termasuk bergesernya kepercayaan
terhadap ulama.
Baca Juga:
Pj Gubernur Kaltim: Prima DMI Kaltim Garda Terdepan Memakmurkan Masjid
Melihat hal itu, ia berharap kepercayaan terhadap sebagian
ulama yang mulai luntur bisa tumbuh kembali dengan materi khotbah yang bergizi.
"Sekarang sudah masuk zaman pergeseran. Disrupsi tidak
hanya di sektor ekonomi, namun juga delegitimasi ulama. Dulu kita mungkin masih
tawadhu terhadap ulama, kalau sekarang sulit untuk percaya apalagi jika
berseberangan dengan keyakinan kita," ujarnya.
Usulan ini awalnya muncul dari Pengasuh Ma"had Arrohimiyah
Cengkareng, Ishom El Saha. Ishom menilai khotbah di Indonesia khususnya di
kota-kota besar sejak lama sudah mendapatkan kritik.
Ia bahkan menyinggung sejak zaman Menteri Agama RI masih
dipimpin oleh Mukti Ali, ada beberapa khotbah di beberapa kota besar yang tidak
taat rukun khotbah. Menurutnya, banyak hal-hal di luar rukun khotbah yang
justru lebih dominan selama khotbah berlangsung.
Dengan khotbah yang hanya 15 menit, dia menilai khatib lebih
fokus dan cermat sehingga rukun tetap terpenuhi dan kondisi jamaah tetap
khusyuk mendengarkan khotbah.
"Rata-rata khatib bermodal kemampuan berpidato namun
pengetahuan khotbahnya kurang. Ini kritik Pak Mukti Ali. Beliau memperhatikan
khotbah bahwa rukun dan syaratnya terpenuhi tidak tidak, " ujar dia.
Ishom mencontohkan bahwa konsep khotbah maksimal 15 menit
ini sudah banyak berlangsung di negara-negara Timur Tengah, seperti Kuwait,
Arab Saudi, dan Palestina.
Di Kuwait dan Arab Saudi, kata dia, waktu materi khotbah
juga ditentukan oleh negara. Tentu ini tidak lepas dari pemerintah di sana yang
membiayai penuh operasional sehari-hari masjid.
"Di kita kadang jadi persoalan karena macam-macam hal.
Apakah khatib tidak ada rasa empati kepada jemaah? Yang penting kan rukunnya
sama," ujarnya. [qnt]