Sementara
di Indonesia, sejauh ini terpantau baru ada lima varian Corona yang berhasil
teridentifikasi, yakni varian D614G, B117, N439K, E484K, dan B1525.
"Sampai
saat ini, WHO masih menganggap bahwa efikasi masih di atas 50 persen, walau ada
penurunan tapi belum menyebabkan di bawah 50 persen, itu untuk sementara masih
bisa dipakai ya. Belum ada arahan untuk mengubah atau menyesuaikan vaksinnya,
tapi tentunya itu sangat tergantung adanya varian-varian tadi," jelas
Amin.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Dengan
kondisi dan dugaan itu, Amin lantas mengimbau agar pemerintah mempercepat
program vaksinasi nasional, sebelum kemungkinan terburuk mutasi "kebal" vaksin
Covid-19 terjadi di Indonesia.
Ia
juga meminta agar warga yang menjadi sasaran vaksinasi pemerintah tidak lagi
menolak untuk segera mendapatkan suntikan dua dosis vaksin Covid-19.
Dalam
hal ini, pemerintah menargetkan vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap 181,5
juta orang untuk mencapai target herd immunity.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Belum
lagi, kata Amin, sampai saat ini belum ada produsen vaksin Covid-19 yang secara
terang-terangan mengetahui soal berapa lama daya antibodi vaksin buatannya
dapat bertahan di tubuh manusia.
Terakhir,
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sempat menyebutkan bahwa daya antibodi
vaksin Sinovac kurang lebih setahun.
"Kalau
vaksinasi semakin cepat diselesaikan, dan herd immunity 70 persen
penduduk segera dicapai, maka diharapkan saat itu belum terjadi dominasi
populasi varian virus yang beredar. Oleh sebab itu, kita tengah berlomba,"
pungkasnya.