“Bayangkan, jika lebih dari 1000 ton sampah anorganik yang dikumpulkan Sungai Watch bisa terkonversi menjadi listrik, kita akan punya sumber energi alternatif yang besar, ramah lingkungan, dan bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” jelas Tohom.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menegaskan, transformasi sampah menjadi energi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
Baca Juga:
Ada Tsunami Sampah 20 Juta Ton Per Tahun, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Target Pemerintah Laut Indonesia Bebas Sampah 2029
“Waste to energy menyatukan tiga isu vital sekaligus: lingkungan, kesehatan publik, dan ketahanan energi nasional. Jadi kita perlu menjadikan perusahaan-perusahaan besar ini sebagai motor perubahan, bukan hanya target kritik,” tuturnya.
Ia juga menyoroti langkah pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang akan menjadikan proyek konversi sampah menjadi energi sebagai prioritas.
Menurutnya, kehadiran pihak swasta besar akan mempercepat realisasi program tersebut.
Baca Juga:
Peluang Penguatan Ekowisata untuk Keberlanjutan Perekonomian dan Lingkungan
“Kalau pemerintah sudah menyiapkan kerangka kebijakan, perusahaan besar harus masuk sebagai investor dan pelaksana nyata. Dengan begitu, tanggung jawab sosial korporasi mereka tidak hanya dalam bentuk laporan tahunan, tetapi benar-benar berdampak langsung bagi bangsa,” tuturnya.
Tohom mengingatkan bahwa darurat sampah di Indonesia sudah berada di level krisis. Ia mengajak seluruh pihak untuk berhenti menunggu dan segera bertindak.
“Kita harus menatap ke depan. Jangan biarkan sampah plastik merusak ekosistem laut dan kehidupan generasi mendatang. Mari jadikan sampah sebagai energi, karena dari krisis selalu lahir solusi jika kita mau bersatu,” katanya, menutup pernyataan.