WahanaNews.co, Jakarta - Beberapa pengamat memberikan tanggapan terhadap pernyataan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka, mengenai hilirisasi digital.
Mereka dengan terbuka mengakui ketidakpahaman mereka terhadap makna hilirisasi digital yang diungkapkan oleh anak dari Presiden Jokowi tersebut.
Baca Juga:
Elektabilitas Pram-Rano Naik di Survei Jakarta, Pakar Ungkap Sebabnya
Izzudin Al Farras Adha, seorang peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), contohnya.
Ia menyatakan bahwa tidak ada istilah "hilirisasi digital" yang dikenal dalam lingkup akademis.
"Saya tidak tahu karena tidak ada istilah hilirisasi digital di dalam berbagai literatur akademik maupun dokumen laporan terkait," katanya, mengutip CNNIndonesia.com, Sabtu (23/12/2023).
Baca Juga:
Terkait Akun Fufufafa, Pasukan Bawah Tanah Jokowi Adukan Roy Suryo ke Polisi
Izzudin menyatakan bahwa sebaiknya penjelasan tentang makna hilirisasi digital yang diungkapkan oleh Gibran seharusnya dilakukan oleh tim sukses dari Prabowo-Gibran.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), mengekspresikan keheranannya terhadap istilah hilirisasi digital versi Gibran.
Menurutnya, apa yang diungkapkan oleh Gibran terasa kurang jelas. Huda berpendapat bahwa kemungkinan Gibran hanya menyampaikan konsep hilirisasi digital untuk kepentingan kampanye semata.
"Hilirisasi digital itu program yang tidak jelas, tidak terarah, hanya untuk strategi kampanye menyasar pemilih yang terkesima dengan jargon-jargon hilirisasi dan digital," katanya.
Nailul menjelaskan hilirisasi biasanya proses pengolahan bahan baku atau raw material menjadi barang yang memiliki nilai tambah tinggi.
"Apa yang mau dihilirisasi dari digital? Teknologinya, manusianya, atau apa? Ini dari digital apa yang raw material? Nilai tambahnya di mana?," katanya.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga mengatakan hilirisasi yang disampaikan Gibran agak rancu karena digital merupakan jasa, bukan barang industri atau komoditas.
Padahal terminologi hilirisasi, kata Bhima, biasanya melekat pada penciptaan nilai tambah pada sektor berbasis komoditas atau industri.
"Kalau yang dimaksud Gibran seperti AI kemudian blockchain dan web3 itu lebih tepatnya inovasi digital. Maksudnya mungkin pengembangan digitalisasi karena saat ini sudah sampai pada tahap web4 dimana teknologi internet tidak hanya terdesentralisasi tapi juga tersebarluas," kata Bhima.
Sementara itu, Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Budiman Sudjatmiko mengatakan hilirisasi digital yang disampaikan Gibran dimaknai dalam dua hal.
Pertama, hilirisasi digital sebagai bentuk pembangunan ekosistem digital atau digitalisasi rantai pasok.
"Dari hulu sampai hilir berupa produk alat teknologi atau technological devices seperti laptop, smartphone, komputer personal untuk berbagai sektor industri," katanya.
Artinya, sambung Budiman, membangun ekonomi digital tidak cukup hanya pengembangan aplikasi saja tetapi juga mempersiapkan infrastruktur jaringan atau konektivitas internet serta membangun industri perangkat digitalnya pula.
Pengembangan hilirisasi digital dengan pendekatan ekosistem itu katanya sering diistilahkan dengan Device, Network and Application (DNA).
"Sumber daya apa yang dibangun dalam ekosistem ini dan bernilai tambah tinggi? Data. Karena itu tepat sekali ketika Mas Gibran juga mengingatkan pentingnya membangun sistem Cyber Security dan Cyber Defense saat bicara ekonomi digital, karena pada akhirnya, data dan pengolahan data secara digital (dengan menggunakan teknologi AI atau Blockchain) yang memiliki nilai tambah ekonomi terbesar," katanya.
Pemaknaan kedua terkait hilirisasi digital, kata Budiman, adalah melakukan digitalisasi secara intensif dalam suatu rantai pasok industri. Hal itu terkait potensi teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses industri di semua lini.
"Sebagai contoh untuk rantai pasok pangan, maka hilirisasi digital dimaknai dengan penerapan teknologi digital sejak pengembangan pupuk dan bibit unggul, proses produksi melalui IOT Smartfarming, digitalisasi logistik dan distribusi, digitalisasi pengolahan hasil pertanian hingga pengembangan e-commerce sektor pangan," katanya.
Budiman menyatakan bahwa konsep hilirisasi digital telah diimplementasikan dengan sukses di China dan Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, China telah membangun ekonomi digitalnya secara menyeluruh, mencakup teknologi chips, industri perangkat digital, teknologi internet, hingga pengembangan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang sangat canggih.
Di sisi lain, AS memiliki kapasitas teknologi yang kuat, terutama dalam pengembangan teknologi chips, perangkat digital, dan teknologi satelit.
Budiman menegaskan bahwa kedua negara tersebut berhasil menjalankan proses digitalisasi di berbagai sektor industri dengan lancar.
Gibran, dalam beberapa kesempatan selama debat cawapres Pilpres 2024 pada Jumat (22/12), secara berulang menyampaikan konsep hilirisasi digital.
Dia menyatakan, "Kami akan melanjutkan hilirisasi, bukan hanya pada sektor tambang, tetapi juga pada sektor pertanian, perikanan, digital, dan lain-lain."
"Hilirisasi digital akan kami genjot. Kita akan siapkan anak-anak muda yang ahli artificial intelligence, anak-anak muda yang ahli block chain, anak-anak muda yang ahli robotik, anak-anak muda yang ahli perbankan syariah, anak-anak muda yang ahli crypto," imbuhnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]