WahanaNews.co | Generasi milenial pegang peran utama di tengah melesatnya perkembangan dunia digital di era society 4.0.
Kemudahan dalam mengakses jaringan secara cepat diharapkan bisa membuka peluang agar mereka peduli dan memahami isu politik di ruang digital.
Baca Juga:
Jaksa Gadungan Menipu Rp4,6 Miliar untuk Judi Online, Ditangkap Kejagung
Seringkali generasi milenial tidak menyadari konsekuensi penggunaan media digital.
Tak dapat dipungkiri, generasi milenial setiap harinya pasti mengakses internet, baik untuk kebutuhan belajar, kebutuhan mencari informasi, komunikasi, maupun kebutuhan untuk aktualisasi dan eksistensi diri.
Namun, umumnya milenial masih kurang memanfaatkan kemajuan teknologi digital dalam urusan bernegara dan berpolitik.
Baca Juga:
Membantah Mitos: 5 Cara Menjadi Pengusaha Sukses bagi Si Introvert
Generasi milenial memiliki sisi lain, yakni sebagai pelopor terbukanya ribuan informasi dan terbukanya pasar online/Ist.
"Dunia digital bagi generasi milenial merupakan sebuah kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan, namun generasi milenial sering disebut sebagai generasi yang paling tidak peduli dengan persoalan politik dan tidak mau menggunakan hak pilih dalam pemilihan", papar Anggota komisi 1 DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Mukhlis Basri dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema 'Pemanfaatan Media Digital Bagi Generasi Milenial'.
Basri mengungkapkan, generasi milenial memiliki sisi lain, yakni sebagai pelopor terbukanya ribuan informasi dan terbukanya pasar online.
Menurut Basri, generasi milenial dari usia 18 sampai 37 tahun yang bermukim di kota besar di Indonesia adalah pengguna internet rata-rata 5 sampai 10 jam per hari saat terhubung internet.
"Media digital terdiri dari beberapa hal yaitu perangkat media digital dan konten digital, namun sayangnya generasi milenial masih minim dalam Partisipasi politik.”
“Sebagai generasi penerus, sangat sedikit kaum milenial yang berkiprah dalam politik, dan mereka cenderung memilih menjadi warga negara yang tidak menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu," ungkap Basri.
Dalam Webinar ini, Basri berharap generasi milenial dapat memanfaatkan media digital dengan tidak hanya menggunakannya sebagai sarana aktivitas tetapi ikut berpartisipasi dalam poltik .
"Generasi milenial merupakan pemegang estafet bonus demografi Indonesia pada tahun 2020 sampai 2030 mendatang sebagai generasi penerus bangsa jumlah generasi milenial di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 74,93 juta jiwa.”
“Jika dukungan dan partisipasi politik generasi milenial akan terbentuk jika kebijakan-kebijakan pemerintah diberlakukan mengenai politik yang mencerminkan pemerintahan yang sehat,” sebutnya.
Sementara itu, Lesty putri Utami anggota DPRD provinsi Lampung yang juga menjadi pembicara mengatakan, generasi milenial harus cakap dalam menggunakan ruang digital.
Lesty menuturkan dalam teknologi 4.0 generasi milenial nanti yang paling banyak mengisi ruang digital tersebut.
"Media digital dinilai penting sebagai sarana interaktif bagi produktivitas kaum milenial, sudah menjadi suatu keharusan bagi generasi muda untuk cakap dalam pemanfaatan media digital agar dapat menyesuaikan diri di tengah perkembangan teknologi yang pesat saat ini", ujar Lesty
Lesty menambahkan kalangan milenial saat ini sudah banyak memanfaatkan adanya teknologi digital dari berbagai aspek, aspek kehidupan, aspek pekerjaan dan aspek sosial.
"Fungsi dan manfaat teknologi digital Bagi kalangan milenial di Indonesia sudah diterapkan diberbagai aspek, seperti aspek pendidikan, aspek dunia perbankan, aspek dunia pekerjaan, aspek ekonomi dan aspek perorangan," ungkap Lesty.
Lesty menyampaikan pada era digital saat ini, kaum milenial di Indonesia memanfaatkan teknologi digital pada bidang telekomunikasi.
"Perubahan-perubahan positif tentang teknologi digital di Indonesia akan selalu dinantikan oleh kaum milenial mengingat kaum milenial yang akan menggunakan dan memanfaatkan teknologi tersebut dengan sangat baik", tutupnya. [qnt]